Resistensi Antimikroba, Ancaman Serius Bagi Kesehatan Masyarakat

Inionline.id – Resistensi Antimikroba telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Dalam laporannya tahun 2014, WHO menyatakan bahwa masalah ini merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, termasuk di Indonesia. Masalah ini muncul akibat penggunaan antimikroba yang tidak bijak yang berujung pada tidak efektifnya terapi antimikroba.

Demikian disampaikan Dirjen Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI Bambang Wibowo mengawali pembukaan acara International Scientific Conference on Antimicrobial Resistance 2018, di Jakarta (28/11). Acara ini diikuti oleh perwakilan WHO, FAO, Lintas Kementerian dan Lembaga, akademisi, dinas kesehatan provinsi dan rumah sakit.

Menurut Bambang, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 memperlihatkan bahwa 10% masyarakat menyimpan antibiotik di rumah, dan 86,10% masyarakat di antaranya mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter. Penelitian lain memperlihatkan bahwa terdapat peningkatan yang nyata pada infeksi oleh kuman penghasil extended spectrum beta lactamases (ESBL) di rumah sakit.

Ditambahkan Bambang bahwa dengan letak geografis Indonesia yang strategis dan luas serta interaksi yang kompleks antar berbagai pemangku kepentingan, cenderung memiliki beban yang lebih besar dalam pengendalian resistensi antimikroba.

Karena pentingnya pengendalian resistensi antimikroba ini, pada tahun 2017, semua negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diharuskan memiliki Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba (RAN-PRA) yang sejalan dengan Global Action Plan WHO.

Dengan berbagai upaya lintas sektor dan kementerian serta dukungan WHO, FAO dan OIE, RAN-PRA Indonesia tahun 2017-2019 telah diberikan ke WHO pada World Health Assembly 2017.

”RAN tersebut terdiri dari perencanaan seluruh lintas sektor dan lintas kementerian yang mencakup kegiatan membangun kesadaran; menyelenggarakan surveilans dan penelitian; melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi; memperbaiki hygiene dan sanitasi; penggunaan antimikroba secara bijak; dan pengembangan investasi yang berkesinambungan,” terang Bambang.

Ia berharap dengan pertemuan ini akan didiskusikan rencana kebijakan, rancangan masa depan, serta soal pendanaan untuk menerapkan konsep one help dalam menanggulangi resistensi anti mikroba.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *