YLKBH DAFFA INDONESIA BERKOMITMEN AWASI KASUS TAWURAN PELAJAR DI KEMANG

KEMANG – Tawuran antara pelajar Siswa SMK Wiyata dengan Siswa SMK Menara yang merenggut korban nyawa pada Rabu 18/4/2018, di jalan Jampang Hambulu Desa Pondok Udik beberapa hari lalu, menyita perhatian dari berbagai pihak.

Salah satunya, tim kuasa hukum YLKBH Daffa Indonesia yang berkomitmen akan mengawal kasus ini sampai selesai agar keluarga korban mendapatkan keadilan.

Kepala YLBK Daffa Indonesia, Sylvia Hasanah Torik mengatakan, meski pelaku masih dibawah umur, seharusnya dapat dihukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku karena telah menghilangkan nyawa orang lain.

“Bahwa keluarga korban sangat berharap agar kasus ini betul-betul diproses dan pelaku mendapatkan hukuman seberat-beratnya,” kata Sylvia Hasanah Thorik SH ketua YLKBH Daffa Indonesia.

Sylvia juga mengatakan, agar Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor memberikan sanksi kepada SMK Menara Siswa bila perlu dicabut izinnya. Pasalnya, kejadian seperti ini sudah dua kali memakan korban jiwa sehingga membuat masyarakat sekitar merasa resah dengan keberadaan siswa-siswa dari SMK Menara Siswa yang kerap kali membuat onar.

“Menurut saya ada pembiaran dari pihak sekolah, karena sebenarnya siswa-siswa tersebut merupakan korban ketidakpahamannya terhadap hukum, hal tersebut harusnya menjadi tanggung jawab sekolah untuk memberikan pendidikan akhlak dan moral serta penyuluhan hukum sejak dini supaya siswa-siswa tersebut tidak menjadi manusia barbar,” papar Sylvia.

Berdasarkan data yang di himpun wartawan, aksi tawuran antara Siswa SMK Wiyata dengan SMK Menara Siswa tersebut menimbulkan korban, kedua korban dilarikan ke Rumah Sehat Dompet Dhuafa, Parung.

Namun naas korban bernama Muhammad Ridwan Ogi Alamsyah menghembuskan nafas terakhir setelah mendapatkan perawatan intensif, sedangkan temannya Fikri Fahrian Nazib menjalani perawatan.

Anggota YLKBH Daffa Indonesia, Deden Setiawan menambahkan, fenomena tawuran pelajar jika tidak ditangani secaa serius dari semua pihak, akan berdampak munculnya masalah sosial lain. “Semua pihak, terutama para penyelenggara pendidikan harus serius meminimalisit tawuran, jangan dibiarkan karena dan menjadi tradisi di kalangan pelajar,” katanya.

Menurutnya, jika tawuran dianggap hal biasa akan menjadi ancaman bagi upaya mencetak generasi penerus bangsa. “Jangan kita mencetak preman dari bangku sekolah,” tandasnya. (MUL)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *