Banjir di Pulang Pisau Kalteng Belum Surut Sudah Hampir Satu Bulan

Antar Daerah257 views

Inionline.id – Banjir yang menerjang Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah tak kunjung surut. Banjir tersebut sudah merendam pemukiman warga hampir satu bulan.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan berdasarkan pantauan kekinian muka air mulai mengalami penurunan.

“Memasuki pekan keempat, meski banjir masih menggenangi wilayah Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah, namun beberapa kawasan, tinggi muka air mengalami penurunan,” kata Abdul dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/11).

Abdul menyebut, berdasarkan data yang dihimpun dari BPBD setempat hingga Senin (22/11), pukul 18.00 WIB, warga yang terdampak sebanyak 1.981 KK atau 7.881 jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 172 KK atau 586 jiwa terpaksa harus mengungsi.

Abdul mengatakan dampak dari banjir tersebut setidaknya sebanyak 902 unit rumah, 4 fasilitas kesehatan, 10 fasilitas pendidikan dan 7 sarana tempat ibadah turut terendam.

“Infrastruktur berupa jalan desa sepanjang 4.508 km terendam. Tidak ada laporan korban jiwa akibat banjir tersebut,” tutur Abdul.

Selain itu, jalan trans Kalimantan Palangkaraya menuju Banjarmasin masih tergenang dengan tinggi muka air sekitar 76 cm sepanjang 170 meter.

Abdul mengimbau agar pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait untuk tetap siaga. Sebab, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini terkait kondisi cuaca bahwa daerah tersebut masih berpotensi diguyur hujan lebat.

“BMKG mengidentifikasi dalam dua hari ke depan, wilayah Kalimantan Tengah berpotensi hujan lebat yang dapat disertai petir atau kilat serta angin kencang,” ujarnya.

Sebelumnya, sejumlah LSM mengatakan proyek food estate turut memicu banjir yang terjadi di Kalteng. Pembukaan lahan untuk lahan tersebut menyebabkan adanya pembabatan pohon.

Selain itu, proyek lumbung pangan yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto juga bisa merusak ekosistem gambut. Sehingga, ketika hujan dengan intensitas tinggi turun, daya serap gambut berkurang dan menyebabkan banjir.