Dosen Vokasi Undip Berhasil Meraih Penghargaan Berkat Teliti Teh Hijau Berkatekin Tinggi

Pendidikan5257 views

Inionline.id – Dosen Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Universitas Diponegoro (Undip), Mohamad Endy Yulianto, meraih penghargaan Kekayaan Intelektual (KI) dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi. Penghargaan terkait penelitian teh hijau berkatekin tinggi sehingga khasiatnya akan sangat nyata dalam menaklukan penyakit mematikan.

Endy mengungkapkan penelitian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap pasar teh dunia yang dibayangi gejala kelebihan pasokan dan biaya produksi cenderung meningkat. Hal ini mengharuskan produsen teh untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah.

“Bahkan masalah lingkungan telah ikut mendorong berkembangnya segmen pasar baru bagi produk teh yaitu konsumen yang menghendaki produk ramah lingkungan dan menyehatkan,” kata Endy dikutip dari laman undip.ac.id, Senin, 26 Februari 2024.
Padahal, kata dia, teh merupakan minuman paling populer setelah air, dikonsumsi setiap hari oleh jutaan orang di seluruh dunia. Aspek kesehatan teh juga disorot tajam beberapa tahun terakhir ini.

“Sejalan dengan kecenderungan masyarakat mengonsumsi makanan atau minuman substitusi sebagai imbangan diet kaya lemak dan kolesterol,” jelas Endy.

Penelitian hilirisasi ini bermitra dengan industri teh hijau PPTK Gambung dan PT Rumpun Sari Medini. Penelitian didanai oleh RISPRO LPDP dengan kajian “Pengembangan Mini Plant Super Teh Hijau Kompetitif melalui Proses Inaktivasi dengan menggunakan Mechanically Dispersed-Rotary Steamer“.

Penelitian dengan TKT (Tingkat Kesiapan Teknologi) 7–9 ini menghasilkan luaran paten, TTG steamer-pendingin industri, dokumen bisnis plan, SOP, market study, dan feasibility study (FS). Paten granted No IDS000007201 berjudul “Proses Inaktivasi Enzimatis untuk Pembuatan Teh Hijau menggunakan Steamer Pendispersi Silinder” dan No P00202002255 dengan invensi “Alat Mechanically Dispersed-Rotary Steamer Terintegrasi Pendingin untuk Proses Inaktivasi Enzimatis” yang diimplementasikan di industri Teh Hijau PPTK Gambung terang Pemilik 22 Paten granted ini.

Endy yang telah publikasi 65 paper internasional bereputasi terindeks Scopus menjelaskan teh hijau dengan memiliki kandungan polifenol, seperti catechin, epicatechin, epigallo catechin, epicatechin gallate, epigallo catehchin gallat dan asam gallat.

Kandungan ini dinyatakan memiliki aktivitas anti kanker, menjaga kesehatan jantung, bersifat anti oksidan, anti mikroba, memperpanjang masa menopouse, mencegah penyakit kardiovaskular, obesitas dan penyakit degeneratif lainnya.

Namun, pengolahan teh hijau di Indonesia pada umumnya memiliki kadar katekin ± 10,81% berat kering. Kadar katekin teh hijau ini relatif rendah karena sebagian mengalami oksidasi katekin, degradasi termal, epimerisasi katekin dan pada prinsipnya dilakukan melalui tahapan panning, penggulungan, pengeringan, sortasi, dan pengepakan.

Meskipun demikian, tahapan yang paling menentukan kualitas teh hijau adalah proses inaktivasi enzimatis dalam sitoplasma daun teh. “Selama ini metode inaktivasi enzim polifenol oksidase dan hidroperoksidase untuk produksi teh hijau di Indonesia adalah panning (penggarangan) dengan kebutuhan energi cukup besar, yaitu 6.097 kJl/kg teh atau setara dengan kebutuhan BBM 0,12 liter IDO/kg teh kering,” papar dia.

Endy mengatakan kelemahan mendasar metode panning yakni penetrasi panas tidak mampu menginaktifkan enzim secara keseluruhan, katekin terdegradasi termal, dan dihasilkannya warna teh kehitaman akibat degradasi klorofil menjadi feofitin.

Endy melakukan penelitian hilirisasi bersama tim Vita Paramita, Eflita Yohana, Dadan Rohdiana, dan Didik Ariwibowo. Penelitian melalui teknologi inaktivasi enzimatis menggunakan proses mechanically dispersed-rotary steamer dapat mereduksi konsumsi energi dan meningkatkan produktivitas hingga mencapai Rp1.620/kg teh hijau.

Hasil riset komersial juga mampu meningkatkan kadar katekin dari ± 10,81% (Panning) meningkat menjadi ± 17,81% berat kering. Kadar katekin yang tinggi ini sejatinya sangat berkhasiat dalam menggempur berbagai penyakit mematikan.

Dia berharap ke depan seluruh industri teh hijau akan menerapkan teknologi steaming yang sudah well proven. Sehingga, produktivitas dan kualitas katekin meningkat serta lebih menyehatkan.

“Tim berharap hasil riset komersial bisa bermanfaat untuk industri teh hijau, industri farmasi sebagai bahan baku preparat katekin, pekebun teh dan masyarakat yang mengkonsumsi teh hijau sehat sebagai functional food yang populer pemakaiannya saat ini,” tutur Endy.