BMKG Keluarkan Peringatan, Rekor Panas 2023 Bukan Kebetulan

Iptek1157 views

Inionline.id – Pecahnya rekor-rekor panas di 2023 bukan kebetulan, tapi tanda-tanda jelas bahwa perubahan iklim memang nyata.

“Rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak atau kebetulan, melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu perubahan iklim yang semakin nyata,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, dalam siaran persnya, Jumat (9/2).

Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan tahun 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,40 derajat Celcius di atas zaman pra industri.

Angka ini, kata Dwikorita, nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius.

Data Copernicus Climate Change Service (CCCS) menunjukkan suhu rata-rata Bumi pada 2023 lebih tinggi 0,17 derajat Celsius dari 2016, tahun dengan rekor terpanas sebelumnya.

Data CCCS juga menunjukkan 2023 merupakan tahun pertama dalam catatan saat setiap hari setidaknya 1 derajat Celsius lebih panas daripada catatan pra-industri tahun 1850-1900.

Suhu yang lebih tinggi meningkat sejak bulan Juni, dengan panas September yang jauh di atas rata-rata.

Rekor-rekor suhu 2023 itu dibarengi dengan bencana gelombang panas atau heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan, termasuk Asia, Eropa, dan Amerika.

Dwikorita melanjutkan perubahan iklim global bukanlah kabar bohong dan prediksi untuk masa depan, tapi realitas yang dihadapi miliaran jiwa penduduk Bumi.

“Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, akibat dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik industri yang tidak berkelanjutan, telah mendorong perubahan iklim pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” jelasnya.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengungkapkan perubahan iklim berdampak sangat besar, utamanya kepada sektor pertanian yang mengancam ketahanan pangan seluruh negara.

“Perubahan iklim menjadi tanggung jawab bersama. Karenanya perlu upaya bersama dan berkelanjutan untuk menahan lajunya dan mengurangi dampaknya,” imbuhnya.