Rencana Proyek Tanggul Laut Raksasa di Pantura Jawa Ditolak Koalisi MDS

Berita1057 views

Inionline.id – Rencana pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall) di Pantai Utara (Pantura) Jawa ditolak Sejumlah akademisi dan organisasi lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Maleh Dadi Segoro (MDS).

Koordinator MDS Martha Kumala Dewi mengatakan pembangunan giant sea wall bukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan banjir rob hingga ancaman tenggelam pesisir utara Jawa.

Menurutnya, pembangunan itu justru akan memperparah krisis sosial dan ekologi yang sudah ada saat ini.

“Koalisi Maleh Dadi Segoro menolak rencana tersebut. Tanggul laut raksasa melipatgandakan krisis Sosial-Ekologis Pantura Jawa,” kata Martha dalam keterangan tertulis Koalisi MDS, Kamis (11/1).

Martha menjelaskan sejumlah dampak negatif dari tanggul laut raksasa.

Pertama, tanggul laut akan mengkonsentrasikan pembangunan dan aktivitas ekonomi di Pantura Jawa. Menurut koalisi, itu kontraproduktif dengan kondisi ekologi Pantura Jawa yang mengalami amblesan tanah.

Ia menyebut pembangunan infrastruktur dan aktivitas ekonomi yang semakin padat pasti mendatangkan beban dan membutuhkan air. Saat ini kebutuhan akan air untuk rumah tangga dan industri di Pantura Jawa banyak dipenuhi melalui ekstraksi air-tanah-dalam.

“Jadi, konsentrasi ekonomi di Pantura Jawa yang datang bersama dengan tanggul laut akan semakin memperparah amblesan tanah melalui pembebanan fisik dan ekstraksi air-tanah-dalam yang akan semakin bertambah,” ujarnya.

Kedua, kata Martha, orientasi membangun tanggul laut mengalihkan perhatian dari usaha mengurangi terjadinya amblesan tanah.

Ketiga, tanggul laut seperti yang sudah berdiri pada proyek Tol Tanggul Laut Semarang Demak (TTLSD), menguntungkan orang yang kuat seperti kawasan industri yang diutamakan pengembangannya.

“Dan merugikan yang lemah seperti perkampungan nelayan karena semakin terpapar pada perubahan arus air laut yang menyebabkan abrasi pantai,” lanjutnya.

Keempat, Martha mengatakan tanggul laut menimbulkan ketimpangan geografis antara wilayah barat dan timur, antara wilayah daratan dan pesisir Pantura.

“Tanggul laut akan mengurangi dampak banjir di wilayah daratan, tapi merusak ekosistem di wilayah pesisir,” ujar dia.

Selain itu, wilayah Pantura bagian timur akan menerima resiko hempasan gelombang laut akibat beban pembangunan di wilayah Pantura bagian barat, terutama dalam kasus TTLSD.

Kelima, tanggul laut mempersempit dan menutup ruang tangkap nelayan. Keenam, tanggul laut mematikan mangrove dan ekosistem pesisir.

Ketujuh, tanggul laut memperparah banjir, karena air dari darat terkepung di belakang tanggul, seperti kasus yang terjadi di Kampung Tambak Lorok, Semarang.

“Dan tanggul laut menciptakan kesenjangan wilayah, antara perkotaan dan pedesaan, pembangunan terkonsentrasi di perkotaan,” kata Martha.