Kerja sama Dengan FKUB Kota Bogor, PUSAD Paramadina Gelar Lokalatih Mediasi Konflik

Antar Daerah1557 views

Inionline.id – Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina bekerjasama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bogor dan Pusat Mediasi Nasional (PMN) menggelar lokalatih mediasi bersertifikat Lintas-Iman selama lima hari mulai Senin (22/1/2024).

Kegiatan yang dilangsungkan di di Hotel Luminor, Jalan Cidangiang, Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, ini dibuka secara resmi Wali Kota Bogor, Bima Arya.

Dalam sambutannya Bima Arya menyampaikan, hal yang paling penting dalam mengelola dan menangani konflik adalah mengidentifikasi kepentingan yang berdasarkan komplikasinya, yakni keyakinan, kepentingan dan miskomunikasi.

“Yang paling penting sekaligus menantang dalam proses resolusi dan mediasi konflik sejatinya adalah proses identifikasi kepentingan, selain melihat regulasi atau aturan,” kata Bima Arya.

Ia menyampaikan apresiasi terselenggaranya pelatihan ini sebagai ikhtiar untuk menguatkan berbagai macam skill dalam menangani dan mengelola konflik dalam kehidupan.

Konflik lanjut Bima Arya bagian dari keseharian manusia yang tidak terpisahkan apalagi jika berada dalam satu posisi yang bertanggung jawab atas banyak kepentingan, banyak faktor yang membuat semua tidak cukup piawai dalam mengelola konflik, salah satunya sistem struktur regulasi kurang mendukung adanya kerangka penyelesaian yang permanen.

“Akan semakin gelap jika aturannya tidak jelas sehingga agak sulit menentukan apakah persoalannya masuk kategori persekusi, intimidasi, hoaks atau hate speech. Berdasarkan pengalaman di lapangan, regulasi tidak ada artinya jika para aktor yang melakukan fungsi mediasi atau memfasilitasi tidak cukup mumpuni untuk memahami dan mengeksekusi regulasi tadi,” sebutnya.

Menurut Bima Arya, mengidentifikasi manusia adalah lifetime learning. Turun ke lapangan, interaksi dan komunikasi menjadi kunci, maka akan semakin terlatih.

“Saya tidak menafikan atau menihilkan pelatihan karena bagian dari referensi yang bagus. Semua realita empiris diangkat ke atas menjadi hipotesa dan teori, itu shahih. Catatan saya adalah sertifikasi yang valid belum tentu menjadi jaminan untuk mengantarkan seseorang sebagai negosiator yang handal dan ulung, karena jam terbang itu sangat menentukan,” jelasnya.

Sebelumnya, Wakil Direktur PUSAD Paramadina, Husni Mubarok menyampaikan acara ini hasil kolaborasi PUSAD Paramadina, FKUB Kota Bogor sebagai wakil Pemkot Bogor dan Pusat Mediasi Nasional (PMN) yang bercita-cita agar agama dan demokrasi itu saling mengisi, demokrasi tidak boleh menyudutkan agama dan agama diharapkan berkontribusi terhadap pencapaian demokrasi di Indonesia.

“Dari seluruh riset yang dilakukan, konflik-konflik keagamaan yang membuat bangsa Indonesia dianggap memiliki pelanggaran agama atau apapun yang memiliki unsur agamanya, kami memandang perlu para tokoh agama untuk memiliki skill khusus yang menangani konflik-konflik keagamaan. Akhirnya kami ramu dan jadilah pertemuan serta pelatihan saat ini sebagai kombinasi antara hasil riset mengenai konflik-konflik keagamaan dan cara mencari penyelesaiannya dengan skill dalam menyelesaikannya,” kata Husni Mubarok.

Para peserta yang terlibat diharapkan Husni tidak hanya menjadi mediator tetapi peace worker di Kota Bogor yang akan mentransformasi konflik dalam arti memediasi satu hal untuk kemudian mentransformasi konflik, sehingga semua kebutuhan atau kepentingan pihak dapat terpenuhi. “Adapun tujuan pelatihan adalah menciptakan peace worker yang tidak berhenti pada pelatihan,” jelasnya.

Dirinya juga berharap pasca pelatihan ada diseminasi yang menerangkan bahwa para peserta adalah para mediator di Kota Bogor yang siap diterjunkan jika muncul masalah atau konflik keagamaan. Selanjutnya ada kelembagaan mediasi sehingga masyarakat menjadi tahu harus mengadu kemana untuk memediasi jika muncul konflik keagamaan sebelum dibawa ke jenjang lembaga hukum lainnya.

Acara ini diikuti 30 peserta terpilih hasil seleksi dari 90 orang yang mendaftar selama lima hari, 22 – 26 Januari 2024. Para peserta akan mendapatkan penanganan konflik secara teori sebesar 30 persen, skill 30 persen dan praktik 40 persen.