Universitas Mesti Ciptakan Iklim Akademik Humanis, Cegah Bunuh Diri pada Mahasiswa

Pendidikan957 views

Inionline.id – Kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa semakin marak akhir-akhir ini. Universitas didorong menciptakan iklim akademik yang humanis.

Pakar Psikologi Pendidikan Universitas Airlangga (Unair) Nur Ainy Fardana mengungkapkan faktor pemicu keinginan bunuh diri pada mahasiswa. Pertama, ada masalah kesehatan mental.

Kedua, tekanan dan tuntutan tinggi dalam lingkup akademik dan keluarga. Ketiga, perasaan kesepian dikarenakan tidak adanya dukungan sosial.

Nur Ainy menyebut bangku perkuliahan diharapkan mencetak generasi unggul. Namun, ada kemungkinan kondisi mahasiswa yang mengalami problem kesehatan mental karena kurang mampu beradaptasi sehingga memuncukan tekanan akademik.

Dia mengatakan tekanan akademik yang timbul dapat mengakibatkan depresi, kecemasan, stres, gangguan makan, gangguan tidur, penggunaan zat adiktif, isolasi sosial, penurunan rasa percaya diri, bahkan hingga keinginan bunuh diri.

Nur Ainy membagikan tips pengelolaan stres akademik untuk mahasiswa. Dia menganjurkan mahasiswa membuat jadwal terstruktur untuk tugas dan istirahat agar waktu dapat dikelola dengan baik.

Dia juga menyarankan mahasiswa fokus pada satu tugas agar tidak menambah beban stres dan menghasilkan pekerjaan yang kualitas. Selain itu, penting juga untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan akademik dan non-akademik.

Nur Ainy mengingatkan mahasiswa harus melakukan manajemen tugas dan senantiasa berkomunikasi dengan dosen, serta menetapkan harapan yang realistis. Dia juga menyarankan dosen menerapkan karakteristik efektif dalam metode pembelajaran, relevan dan kontekstual, interaktif dan kolaboratif, konektivitas dengan penggunaan teknologi, dan pemberian feedback yang konstruktif.

“Pencegahan dan penanganan problem kesehatan mental pada mahasiswa dapat dilakukan melalui penyediaaan layanan kesehatan mental,” ujar dia.

Selain itu, pengembangan keterampilan mengatasi masalah, membangun iklim akademik yang lebih humanis, dan relasi yang suportif untuk menjaga well being semua pihak di kampus, dan mengajarkan dukungan psikologis awal dan help center.

Selain tugas perkuliahan, skripsi juga merupakan faktor yang berkontribusi sebagai pemicu stres mahasiswa. Oleh karena itu, peran dosen penting bagi mahasiswa.

Dosen seharusnya memberikan panduan, dukungan, dan dorongan motivasi kepada mahasiswa yang tengah mengerjakan skripsi. Nur Ainy juga menyampaikan hal-hal yang dapat dilakukan oleh dosen demi meredam potensi stres pada mahasiswa.

Misalnya dosen harus responsif dan memiliki pengetahuan yang sesuai dengan topik skripsi mahasiswa. Dosen juga harus mampu mendengarkan mahasiswa. Selain itu, dosen memberikan feedback konstruktif dan evaluasi selama proses pembimbingan.

Dia meneybut penyebab bunuh diri bisa sangat kompleks dan bervariasi antar individu. Menurut Nur Ainy, self diagnosis memainkan peran dalam beberapa kasus bunuh diri yang dapat memengaruhi keputusan seseorang dalam mencari bantuan dan cara individu mengelolanya.

“Beberapa kemungkinan masalah yang terkait dengan self diagnosis yang dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang dan berpotensi meningkatkan risiko bunuh diri adalah kesalahan dalam self diagnosis dan terlambat mendapat bantuan,” tutur dia.

Dia menyarankan edukasi kesehatan mental yang tepat, mendorong dan memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan konsultasi kepada profesional, serta peningkatan akses ke pusat layanan yang terjangkau dan mudah diakses.

“Mahasiswa sebaiknya mencari bantuan professional saat mengalami masalah kesehatan mental secepat mungkin jika mereka mengalami gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari atau jika mereka kesulitan mengatasinya sendiri. Contoh, gejala seperti depresi, kecemasan, stres yang berlebihan, gangguan tidur atau pemikiran bunuh diri,” ujar dia.

Dukungan dari orang terdekat juga menyumbang pemulihan mental lebih cepat. Namun, mahasiswa juga perlu merumuskan rencana keselamatan yang konkret untuk menghadapi kondisi beresiko dalam kesehatan mental.

Nur Ainy mengungkapkan keinginan bunuh diri dapat dicegah melalui beberapa cara. Termasuk, meningkatkan awareness masalah kesehatan mental melalui edukasi kesehatan mental, penyediaan layanan kesehatan mental yang terjangkau dan mudah diakses, meningkatkan kepedulian, pengembangan skill dalam pengelolaan emosi dan reduksi stres, dan layanan help center (pusat layanan bantuan).