Ungkit Belanja Jet Tempur Salah Satu Capres, Sri Mulyani Tertawa Kecil

Berita757 views

Inionline.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani tertawa kecil saat menyinggung belanja pesawat jet tempur oleh salah satu bakal calon presiden (capres) yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Wanita yang akrab disapa Ani itu menyebut setiap tahun APBN mengalokasikan untuk banyak pos belanja pemerintah pusat dan daerah. Ada belanja pegawai, barang, dan jasa, hingga belanja modal.

“Anda (pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara/DJKN) mungkin mikir aset hanya belanja modal itu, which is benar juga. Entah itu gedung, jalan, bendungan, satelit, pelabuhan, airport, itu semuanya adalah belanja modal,” katanya dalam DJKN Muda: Commencement Day di Gedung AA Maramis, Jakarta Pusat, Kamis (9/11).

“Ada juga sih belanja yang mungkin kalian jarang sentuh, pesawat tempur, punyanya salah satu capres, ya kan?” sambung Ani sembari melempar tawa kecil.

Ia menegaskan belanja-belanja tersebut diperoleh dari APBN dan menjadi aset negara. Oleh karena itu, Ani berpesan kepada para anak buahnya agar selalu mengingat hal tersebut dalam setiap momen.

Ani mencontohkan ketika ada pertunjukan atau atraksi di HUT Indonesia setiap 17 Agustus, itu semua adalah aset negara. Selain itu, ada juga jalan tol yang dibangun dari uang negara.

Meski tak menyebut nama salah satu capres yang dimaksud, pembelian pesawat tempur dari uang APBN diperuntukkan untuk Kementerian Pertahanan, yang saat ini dipimpin Prabowo Subianto.

Prabowo maju sebagai bakal calon presiden di Pilpres 2024 didampingi putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.

Salah satu pembelian jet tempur teranyar Menhan Prabowo Subianto adalah 12 unit Mirage 2000-5 bekas. Sebanyak 12 unit pesawat tempur bekas ini diborong Indonesia dari Qatar senilai US$792 juta atau sekitar Rp12 triliun.

Keputusan Menhan Prabowo kala itu membeli 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 dari Qatar dengan biaya USD792 juta dikritik Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin, karena usia jet bekas yang dibeli Indonesia itu hanya tersisa 10 tahun lagi. Sebab, Angkatan Udara Qatar membeli dari Perancis pada akhir 1980-an.