Sekolah Vokasi UGM Buka Kelas Pelatihan Program Kartu Prakerja untuk Menyiapkan Indonesia Emas

Pendidikan457 views

Inionline.id – Masalah lapangan kerja bisa menjadi bumerang di era bonus demografi atau ketika Indonesia Emas pada 2045. Lulusan perguruan tinggi dituntut menjadi tenaga kerja inovatif yang mampu menjawab tantangan zaman.

Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan karier.mu membuka pelatihan kerja melalui Program Kartu Prakerja. Pelatihan ini ditujukan bagi seluruh peserta prakerja, khususnya mahasiswa vokasi yang membutuhkan persiapan matang sebelum berkarier.

“Saya ucapkan terima kasih pada seluruh pihak. Merasa sangat terhormat tentunya untuk bisa bekerja sama dengan UGM dan Program Prakerja,” kata COO karier.mu, Radin Qierra, dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 18 September 2023.

Radin mengatakan tujuan utama kerja sama ini untuk menghubungkan mahasiswa vokasi dengan sumber belajar yang sudah dikurasi. Hal itu untuk mendukung persiapan karier mahasiswa.

“Jadi, kami juga ingin membangun kesadaran dalam mendorong kesinambungan program yang ada saat ini, terlebih dalam konsep Lifelong Learning,” ucap Radin.

Direktur Eksekutif Prakerja, Denni Puspa Purbasari, menjelaskan program Prakerja turut memberikan sumbangsih mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045. Dia menuturkan untuk menjadi negara maju pada 2045, pendapatan ekonomi harus terus tumbuh.

Salah satu faktor yang memengaruhi adalah jumlah tenaga kerja. Saat ini, Indonesia sedang berada di bonus demografi. “Harapannya, bonus ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah orang yang bekerja. Bukan hanya itu, kita juga butuh meningkatkan produktivitas. Jadi, bukan kepalanya saja yang banyak, tapi apa yang dihasilkan itu juga meningkat,” papar dia.

Denni mengatakan meskipun Program Prakerja dikhususkan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang dapat bersaing, bukan berarti dapat mengesampingkan pendidikan tinggi. Denni tidak ingin Kartu Prakerja menumbuhkan sentimen negatif akan urgensi perguruan tinggi.

“Kuliah itu akan membentuk framework, kerangka pikiran dan karakter. Itu yang lebih penting. Jadi, bukan berarti ketika bisa bekerja tanpa berkuliah, kuliah menjadi tidak penting,” tegas dia.

Denni menyebut Program Prakerja juga mendukung sistem longlife learning. Jadi, cakupan usia yang diambil berusia 15-65 tahun.

“Kenapa kita juga mencakup usia yang 50-60 tahun? Ini karena kami tidak ingin generasi ini menjadi generasi sandwich,” ungkap Denni.

Dia mengatakan kondisi tenaga kerja saat ini banyak yang menjadi generasi sandwich karena menanggung beban orang tua dan beban keluarga. Kartu Prakerja juga memberikan pelatihan keterampilan bagi masyarakat lanjut usia agar masih tetap produktif meskipun sudah pensiun.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wening Udasmoro, mengungkapkan pentingnya menerapkan konsep longlife learning berdampingan dengan inklusivitas dan aksesibilitas. Pihaknya berharap persoalan aksesibilitas dan inklusivitas menjadi gerakan bersama di seluruh Indonesia.

“Karena dengan memberikan fokus pada inklusivitas, maka persoalan kerja ini akan benar-benar berdampak bagi mereka yang belum mendapatkan kesempatan,” kata dia.

Wening mengatakan banyak anak-anak yang berada di pelosok masih sangat sulit mengakses sekolah. Apalagi, untuk mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan yang mumpuni.
“Kalau kemarin dikatakan dunia sedang mengalami economy crisis, maka saya kira Indonesia ini tidak berdampak. Ekonomi kita itu kuat. Maka dari itu, jangan sampai ketika ada kemajuan di berbagai sektor, tapi masih ada banyak anggota masyarakat yang belum bisa mengakses berbagai layanan,” tutur dia.

Wening menyebut aspek inklusivitas penting untuk memberikan akomodasi pada masyarakat golongan rentan, seperti pensiunan, disabilitas, dan masyarakat di daerah pelosok. Hal tersebut tentunya juga menjadi pilar utama dari UGM sejak masa berdirinya.

“Inklusivitas di UGM ini sudah ada sejak lahir, merupakan bagian terpenting dari UGM. Penelitiannya inklusif, inovatif, dan berdampak pada masyarakat. Kita juga menekankan pada pengabdian masyarakat yang komprehensif dan berkesinambungan. Dan ini yang sedang kita dorong ya, bagaimana menciptakan kampus yang aman, ramah lingkungan, sehat, berbudaya, dan bertanggung jawab secara sosial,” ujar Wening.

Dia mengatakan inklusivitas hanya bisa diwujudkan dengan adanya bentuk solidaritas dan empati dari segala pihak, tidak bisa hanya diinisiasi oleh satu pihak saja. Karenanya, baik dari masyarakat ataupun pemegang kepentingan, harus memiliki kesadaran akan pentingnya menjangkau masyarakat marginal, golongan rentan, dan masyarakat yang terhambat aksesibilitasnya.

Sehingga, keadilan sosial dan kesejahteraan dapat terwujud di segala sektor yang berdampingan dengan pertumbuhan ekonomi.

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia.