Imbas dari Patok Lahan PSN Rempang Eco City Bentrok Warga dan Aparat

Inionline.id – Aparat gabungan TNI-Polri bentrok dengan warga yang menolak direlokasi untuk pengembangan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City di Pulau Rempang, Batam, Kamis (7/9).

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) lewat akun twitternya mengatakan bentrok itu bermula ketika warga menolak pemasangan patok sebagai langkah untuk merelokasi. Pasalnya, kata YLBHI, TNI-Polri memaksa masuk ke wilayah warga. Informasi tersebut telah dikonfirmasi Ketua YLBHI Muhammad Isnur.

“Aparat gabungan dari beragam kesatuan dengan mengendarai 60 armada kendaraan sedang berupaya masuk ke Pulau Rempang, Kota Batam Provinsi Riau,” tulis YLBHI.

“Kegiatan ini jelas mendapat penolakan dari mayoritas penduduk 16 kampung Melayu Tua karena tujuan pemasangan patok ini merupakan rangkaian kegiatan yang hendak memindahkan warga dari kampungnya,” lanjutnya.

Dalam video yang diunggah YLBHI, terlihat armada kepolisian menyemprotkan water cannon di lokasi bentrokan. Aparat berseragam dan warga pun tampak berkerumun.

Terdengar suara dari toa agar warga mundur. Di akhir video, ada sejumlah warga yang ditangkap. Isnur mengatakan itu didapatkan YLBHI dari warga setempat.

Selain itu, dalam video lainnya, salah satu warga tampak mengalami luka di kepala. Sebuah foto juga memperlihatkan warga berpakaian sipil ditahan di mobil berjeruji.

“Beberapa orang mendapatkan intimidasi, kekerasan fisik dan enam orang ditangkap oleh kepolisian setempat,” ujarnya.

Belasan anak sekolah juga terkena gas air mata. Antara melaporkan beberapa siswa sekolah dibawa ke rumah sakit akibat terkena gas air mata yang terbawa angin. Lokasi anak-anak itu tidak jauh dari titik keributan.

“Ada belasan siswa yang saya tahu dibawa oleh ambulans ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Gas air mata itu tadi terbawa angin, karena ribut dekat dari sekolah kami,” ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 22 Muhammad Nazib.

Versi BP Batam dan aparat

Sementara itu, Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) Batam Ariastuty Sirait mengklaim peristiwa yang sebenarnya terjadi tidak demikian.

Dia mengatakan masyarakat yang mengatasnamakan warga Rempang terlebih dulu melemparkan batu dan botol kaca ke arah personel keamanan yang akan memasuki wilayah Jembatan 4 Barelang.

Di pun menyebut sejumlah oknum tak bertanggung jawab melemparkan batu meski petugas kepolisian telah mengimbau melalui pengeras suara agar barisan massa tidak gegabah dalam mengambil tindakan.

“Informasi dari tim di lapangan, sudah ada beberapa oknum provokator yang ditangkap pihak kepolisian. Beberapa di antaranya bahkan didapati membawa parang dan sudah berhasil diamankan,” ujarnya di Batam.

Kapolresta Barelang Kombes Pol Nugroho Tri Nuryanto mengaku sebelumnya telah mengimbau masyarakat agar tidak menghalangi jalannya personel keamanan yang akan memasuki Kawasan Rempang.

Melalui pengeras suara, dia meminta agar masyarakat yang memblokade jalan masuk wilayah tersebut dapat mundur dengan teratur. Mengingat, tindakan yang dilakukan telah melawan aturan hukum.

“Saya minta warga jangan anarkis. Karena apa yang saudara lakukan sudah melanggar hukum,” kata dia.

Sementara itu Kepala Bidang Humas Polda Kepri Komisaris Besar Zahwani Pandra Arsyad mengatakan anak-anak sekolah ikut terkena gas air mata yang terbawa angin.

Ia mengatakan lokasi sekolah tersebut berbatasan dengan tempat para warga yang menolak berkumpul.

“Gas air mata tidak mungkin diarahkan ke sekolah tapi ke kerumunan,” kata Pandra.