Usai Anggota Paskibra Meninggal, Warga Geruduk Puskesmas di Klaten

Antar Daerah157 views

Inionline.id – Anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) warga Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, DIY inisial TA (16) meninggal dunia.

TA disebut merupakan siswi SMK di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mengutip detikJateng, meninggalnya TA memicu warga menggeruduk Puskesmas Bayat.

Sebelumnya, TA sempat dilarikan ke puskesmas tersebut. TA yang seorang Paskibra kejang di rumah usai latihan dan dibawa ke Puskesmas Bayat, tapi akhirnya meninggal.

“Dibawa ke Puskesmas tapi dokternya tidak ada, yang ada perawat dan dinyatakan meninggal. Mau dibawa RS, ambulans juga ada, tapi sopirnya yang tidak ada,” kata seorang warga, Sumarwan.

Setelah peristiwa meninggalnya TA, pada Kamis (10/8) pagi, sekitar 10 perwakilan warga diterima Kepala Puskesmas Bayat Wahyu Ciptadi, Camat Bayat Joko Purwanto, Kapolsek Bayat AKP Diyatno, dan Muspika.

Warga mempertanyakan kinerja puskesmas yang dinilai lambat.

“Kita banyak sekali menerima keluhan dari masyarakat Bayat, Puskesmas Bayat itu sering nggampangke (meremehkan). Ketika kita kirim pasien sering tidak ada dokter, ketika ada pasien perlu dirujuk bilang tidak ada sopir,” kata salah seorang warga, Ripto, saat audiensi.

“Banyak sekali keluhan masyarakat, bahkan ratusan kali. Yang kami tanyakan Puskesmas sudah pasang plakat 24 jam mestinya petugas harus stand by, jangan cuma tulisan,” katanya.

Menurut Ripto, gadis tersebut sudah pulang dari latihan Paskibra dan kejang pada Rabu (9/8) malam. TA lalu diantar keluarganya ke puskesmas.

“Karena tidak ada dokter, minta dirujuk ke RS, tapi di Puskesmas tidak ada sopirnya. Kalau pasang plakat 24 jam kenapa begitu pelayanannya,” ucap Ripto.

Puskesmas Bayat, kata Ripto, merupakan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bagi warga Kecamatan Bayat.

“RS paling dekat ke RS Bagas Waras, tapi jaraknya sekitar 12 kilometer. Ke Cawas ada RSI, tapi jaraknya hampir sama. Terdekat ya puskesmas,” ujar Ripto.

Jenazah TA diketahui dimakamkan beberapa jam setelah warga mendatangi Puskesmas Bayat.

“Dimakamkan jam 13.00 WIB. Kita juga langsung melayat,” ungkap Sunarwan.

Dia mengatakan TA adalah seorang siswa SMK di Gunungkidul.

“(TA) Sekolah di SMK, tapi di Gunungkidul. Informasinya Paskibra di sekolah, tapi ikut Klaten atau Gunungkidul saya tidak tahu,” ujar Sunarwan.

Penjelasan Puskesmas

Sementara itu, Kepala Puskesmas Bayat, Wahyu Ciptadi mengatakan pasien TA memang dibawa ke tempatnya. Namun, katanya, saat di Puskesmas kondisi TA sudah meninggal.

“Kasus kemarin, tidak ada lima menit datang itu sudah ditangani anak-anak, sudah dipasang (alat) dan sudah positif (meninggal). Riwayatnya dari rumah sudah biru, sudah berbusa. Biasanya itu jantung, tapi perlu pemeriksaan lebih lanjut,” kata Wahyu Ciptadi kepada wartawan, Kamis.

Wahyu mengatakan pihaknya sudah meminta maaf dan berterima kasih kepada warga yang datang untuk memberikan masukan.

“Sebagai bahan koreksi nanti karena kami memang kekurangan driver. Driver memang sakit opname, tapi ini nanti kita sudah tindak lanjuti kok,” jelas Wahyu.

Dijelaskan Wahyu, meskipun sopir ambulans di Puskesmas Bayat memang hanya satu, tetapi tenaga lain ada yang kadang menjadi driver

“Kita punya perawat sebenarnya juga kita fungsikan driver, ndilalah kemarin opname. Perawat yang jaga kemarin ndilalah juga tidak ada yang bisa nyetir,” lanjut Wahyu.

Di Puskesmas Bayat, sebut Wahyu, ada tiga mobil ambulans. Satu untuk mobil jenazah, satu untuk puskesmas keliling, dan satu untuk ambulans rujukan.

“Kalau mobil cukup, cuma driver yang belum. Tidak (dokter tidak 24 jam), biasanya kami call jika ada yang mendesak,” imbuh Wahyu.