Untuk Tekan Polusi Udara, DKI Minta Gedung-gedung Jakarta Lakukan Water Mist

Antar Daerah157 views

Inionline.id – Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengaku mendapat arahan dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan penyemprotan uap air (water mist) dari atas gedung-gedung untuk mengurangi polusi udara di wilayah ibu kota negara RI itu.

Water mist diklaim lebih efektif daripada penyemprotan jalanan yang dilakukan beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, Heru akan memanggil pemilik dan pengelola gedung-gedung tinggi di Jakarta untuk menindaklanjuti arahan tersebut.

“Gedung-gedung high risk building akan kami undang untuk bisa menerapkan apa yang diminta oleh Pak Menko Marves dan tentunya tadi direkomendasikan oleh Ibu Menteri Lingkungan Hidup. Jadi seperti menyemprotkan dari gedung di lantai paling atas itu menyemprotkan water mist, sehingga untuk bisa mengurangi polusi secara serentak,” kata Heru dalam jumpa pers pascarapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/8).

Water mist dimulai dari gedung-gedung Pemprov DKI

Sebagai permulaan, Heru akan melakukan water mist terhadap gedung-gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga Kantor Wali Kota terlebih dahulu.

Bersamaan dengan itu, kata dia, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menyosialisasikan water mist kepada para pemilik gedung baik swasta maupun Pemerintah Pusat.

“Tahapannya adalah saya konsentrasi dulu terhadap gedung-gedung milik Pemda DKI, Gedung Balai Kota, Kantor Wali Kota, Dinas-dinas sambil memproses, menyosialisasikan gedung-gedung milik swasta dan pemerintah pusat maupun BUMN. Itu tugas yang diberikan Bapak presiden kepada saya,” ucapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto mengatakan Pemprov di bawah koordinasi Kemenko Marves, BRIN, dan BMKG telah melakukan uji coba water mist di Gedung Pertamina, Jakarta Pusat, Minggu (27/8).

Asep mengatakan hasil uji coba menyatakan water mist mampu menurunkan polutan yang menjadi indikator polusi udara yakni Partikulat Meter (PM) 2.5.

“BRIN diminta oleh Kemenko Marves untuk membuat alat namanya water mist generator. Kita melakukan penyemprotan dari atas Gedung Pertamina dan di bawahnya langsung diukur dengan alat PM 2,5. Itu ternyata bisa menurunkan kadar PM 2,5 yang ada di sekitaran gedung tersebut,” kata Asep di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, Senin (28/8) pagi.

Pemprov DKI Jakarta menilai penerapan water mist dari atas gedung-gedung tinggi lebih efektif jika dibandingkan dengan penyemprotan jalan.

“Dibandingkan dengan penyiraman atau penyemprotan itu memang dirasa lebih efektif dengan kita menerapkan water mist tersebut,” ujarnya.

Mendata gedung tinggi berlantai 8 ke atas

Asep mengatakan saat ini Pemprov DKI  tengah mendata gedung-gedung tinggi di Jakarta untuk disarankan melakukan pemasangan water mist. Berdasarkan data sementara, ada sebanyak 1.300 gedung yang memiliki setidaknya delapan lebih lantai.

“Nanti pada saat penyemprotannya jadi mungkin sehari itu dua kali. Misalnya pada pukul 10.00 atau 11.00 WIB. Kemudian juga pada siang hari pukul 14.00 atau 15.00 WIB itu nanti sedang kita coba untuk simulasikan,” katanya.

Asep mengatakan sumber air yang disemprotkan dari water mist berasal dari tiap-tiap perusahaan pemilik gedung. Ia menyebut hal itu sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pengendalian polusi udara di Jakarta.

Ia menuturkan water mist yang dibuat BRIN ini memiliki harga yang relatif murah yakni sebesar Rp50 juta per unit.

“Karena harganya juga enggak mahal, pemasangannya juga mudah sehingga memang diharapkan penggunaan water mist ini bisa sesegera mungkin kita terapkan di gedung Jakarta. BRIN menyampaikan kisaran Rp50 juta satu unit dan itu sangat mudah dibuat,” ujar Asep.

“Pemasangan water mist ini ini akan menjadi sesuatu yang tidak bongkar pasang. Water mist akan terus dipasang kalau memang kenyataannya udara di Jakarta sedang kurang baik,” imbuhnya.

Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengerahkan sejumlah unit water canon untuk menyemprot jalan protokol dalam rangka mengurangi dampak polusi udara di Jakarta.

Peneliti Meteorologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Deni Septiadi menilai penyemprotan tersebut bisa membuat kondisi polusi makin berbahaya.

Menurutnya, strategi ini berpotensi membuat PM10 yang ada di permukaan tanah terpecah sehingga justru lebih membahayakan manusia.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan penyemprotan jalan tidak efektif untuk mengatasi polusi udara karena kegiatan itu hanya memindahkan polusi dari satu tempat ke tempat lain.

Dia menuturkan hanya ada dua hal yang bisa menghilangkan partikel PM2,5 dan sumber-sumber polutan lainnya secara cepat, yakni hujan lebat dan angin kencang.