3 Orang Tewas Akibat Antraks yang Menyebar di Gunungkidul DIY

Antar Daerah1657 views

Inionline.id – Dewi Irawati Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul membeberkan terkait penyebaran kasus antraks di Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Dewi Irawati menyebut penyebaran penyakit bakterial itu terungkap ketika pihaknya menerima laporan dari sebuah rumah sakit pada 4 Juni mengenai seorang warga Semanu yang meninggal karena antraks.

Hasil investigasi dan penggalian keterangan oleh Dinkes menunjukkan pasien berusia 73 tahun itu sebelumnya sempat menyembelih dan mengonsumsi sapinya yang mati karena sakit.

Ternyata, pasien tersebut juga membagi-bagikan daging sembelihannya ke warga lain. Akhirnya, sekitar 125 orang yang menerima daging tersebut diwajibkan menjalani pengambilan sampel darah. Puluhan di antaranya dinyatakan positif.

“Sebagian positif, yang 85. Tapi, sebagian besar enggak bergejala,” kata Dewi.

Beberapa yang bergejala mengalami diare, luka di kulit, lalu muncul benjolan atau bengkak kecil kemerahan di bagian tangan.

Dinkes pun berupaya sesegera mungkin memberikan obat antibiotik kepada pasien terkontaminasi. Pemkab setempat juga melakukan pemantauan selama dua kali masa inkubasi, yakni 120 hari di zona merah penyebaran penyakit yang dipicu oleh bakteri Bacillus Anthracis ini.

Dewi mengingatkan seseorang bisa terpapar antraks jika menghirup spora bakteri Bacillus Anthracis yang bertebaran di udara. “Ketiga, juga bisa karena dimakan,” sambung Dewi.

Korban meninggal bertambah jadi 3 orang

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan hingga saat ini kasus positif antraks menjadi 93. Dari jumlah itu, tiga di antaranya telah meninggal dunia. Tiga orang itu berasal dari Kecamatan Semanu.

“Yang meninggal tiga orang di Semanu, yang Karangmojo tidak ada yang meninggal, tapi dalam pemeriksaannya positif ada antraks di dalam tubuhnya,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/7).

Nadia menuturkan Kemenkes tengah berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat untuk melakukan penyelidikan epidemiologi terkait penyebab puluhan warga itu terpapar antraks.

Pihaknya akan mencari tahu apakah hal tersebut terjadi karena mengonsumsi hewan ternak yang positif terkena antraks, atau sumber makanan sapi diperoleh dari rumput atau tanah yang terpapar spora bakteri antraks.

“Karena virus antraks sangat kuat di dalam tanah, dia tidak gampang mati,” kata dia.

Kiat pencegahan

Nadia pun memberi imbauan sebagai upaya pencegahan agar antraks tak kian menyebar. Dia meminta warga untuk tidak mengonsumsi atau menjual sapi dan kambing yang sakit atau menunjukan gejala antraks.

Dia menyarankan untuk langsung membunuh dan mengubur hewan yang memiliki tanda-tanda seperti itu. Nadia juga mengingatkan masyarakat untuk mengolah daging secara bersih dan matang.

Selain itu, Nadia meminta agar dinas peternakan selalu memberikan edukasi kepada warga serta memeriksa hewan ternak para warga apabila terjadi anomali.

“Misalnya konsumsi terbesar saat kurban, makanya kita selalu mengatakan hewan kurban harus dilakukan pengecekan ke dinas peternakan,” ujar Nadia.