Operasionalkan Klinik Hemodialisa Single Use, PMI Banten Menggaet MCH

Antar Daerah457 views

Inionline.id – Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten bersama PT Masa Cipta Husada (MCH) resmi menandatangani perjanjian kerja sama dalam bidang pelayanan hemodialisis. Penandatangan dilakukan oleh Ketua PMI Provinsi Banten Ratu Tatu Chasanah bersama Direktur Utama PT MCH, Agus Hendrosusanto di Markas PMI Banten, Senin (6/3).

Tatu menyampaikan kerja sama ini berkaitan dengan pembangunan Klinik Utama Bhakti PMI Provinsi Banten yang telah selesai pada tahap satu.

“Kerja sama ini untuk mengoperasionalkan klinik yang dimiliki oleh PMI Provinsi Banten. Kegiatan ini, tujuan kita semua, untuk membantu masyarakat di Kabupaten dan Kota Serang khususnya, umumnya Provinsi Banten,” kata Tatu dalam keterangan tertulis, Senin (6/3/2023).

Lebih lanjut, Tatu menjelaskan PMI Banten telah rampung membangun Klinik Utama Bhakti PMI Provinsi Banten. Pembangunan yang baru selesai tahap satu ini akan dilanjutkan hingga dua lantai. Selain klinik hemodialisis, diproyeksikan akan dibangun pula pelayanan kesehatan umum, ibu-anak, dan penyakit dalam.

Tatu menyampaikan PMI Banten terus membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, terutama untuk penanganan penyakit tidak menular, seperti kelainan ginjal yang memerlukan terapi cuci darah.

“Semoga dengan kehadiran klinik hemodialisa, bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan layanan cuci darah,” ungkapnya.

Usai penandatanganan kerja sama, Bupati Serang ini menargetkan PT MCH dan PMI Banten berbagi tugas untuk menyiapkan operasional klinik pada Agustus mendatang. Adapun nantinya pelayanan akan dimulai di lantai satu yang telah selesai dibangun.

“Nanti ditambah pelayanan ketika lantai dua selesai. Kami bertanggung jawab membangun gedung, nanti MCH peralatan. Di sana bentuk kerja samanya,” kata Tatu.

Di sisi lain, Direktur PT MCH Andreas Ja’far menyambut baik kerja sama yang dilakukan dengan PMI Banten. Ia mengatakan saat ini PT MCH sudah melaksanakan pelayanan hemodialisa di 46 fasilitas kesehatan se-Indonesia, mulai dari Aceh hingga Timika.

“Di Provinsi Banten ini klinik pertama. Kita mulai kerja keras dan cepat, agar targetnya Agustus bisa dibuka,” paparnya.

Terkait perbedaan pelayanan klinik PMI Banten dengan fasilitas kesehatan lain, Andreas menyebut pihaknya akan memberikan pelayanan hemodialisa dengan sistem single use. Dalam hal ini, setiap peralatan akan digunakan hanya untuk sekali pakai.

“Saat ini mayoritas menggunakan re-use, penggunaan kembali. Kami single use, ini yang akan membedakan,” urainya.

Di samping itu, kata Andreas, PT MCH juga akan membawa langsung partner dari Jepang untuk penyediaan alat terbaru.

“Bahwa di sini ada potensi, kita bisa menolong orang lebih banyak. Dan kita akan gunakan alat semuanya baru,” sambungnya.

Andreas menambahkan pihaknya memiliki misi yang sama dengan PMI Banten, yakni berorientasi kemanusiaan dan kebermanfaatan bagi masyarakat. Oleh karena itu, operasional akan menerima semua masyarakat yang memiliki kepesertaan BPJS Kesehatan.

Dalam kesempatan tersebut, Andreas pun bercerita terkait pelayanan hemodialisa yang dilaksanakan perusahaannya di Banda Aceh. Saat awal dibangun, enam bulan kemudian klinik tersebut tersapu tsunami.

Saat itu, Andreas mengatakan PT MCH mendapatkan donasi dari Jerman dan kembali membangun klinik hemodialisa bekerja sama dengan rumah sakit di Aceh.

“Akhirnya di Aceh kami punya 60 mesin, bisa melayani masyarakat lebih banyak. Di situ kepuasaan kita, ada hasil, dan bahkan kita bisa berbagi ilmu,” pungkasnya.