Berikut Usia yang Tepat Anak Memiliki Smartphone

Iptek557 views

Inionline.id – Banyak dilema yang dirasakan para orang tua terkait penggunaan ponsel bagi anak-anak. Haruskah orang tua memberikan anaknya kebebasan bermain gawai, atau malah menjauhkannya selama mungkin?

Smartphone adalah hal yang lazim kita temukan bahkan di kalangan anak-anak. Dilansir dari BBC, Kamis (9/3) menyatakan 91 persen anak-anak berusia sebelas tahun sudah memiliki ponsel. Data ini diambil dari Ofcom, regulator komunikasi Inggris.

Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak di Inggris memiliki smartphone pada usia sebelas tahun, dengan angka yang meningkat dari 44 persen pada usia sembilan tahun menjadi 91 persen pada usia sebelas tahun.

Di AS, sebesar 37 persen orang tua mengatakan anak mereka sudah memiliki ponsel sejak usia sembilan sampai sebelas tahun. Ada juga studi Eropa dari 19 negara yang menyatakan 80 persen anak usia sembilan hingga enam belas tahun menggunakan smartphone setiap harinya.

Lalu kini pertanyaannya adalah; kapan sebenarnya usia yang tepat untuk anak memiliki smartphone?

Candice Odgers, profesor ilmu psikologi di University of California menyatakan bahwa tidak ada jawaban pasti terkait “kapan”, itu semua disesuaikan dengan anak dan keluarga itu sendiri.

“Dalam banyak kasus, orang tua memberikan smartphone kepada anaknya agar mereka tetap berkomunikasi sepanjang hari dan dapat mengkoordinasikan tentang penjemputan,” kata Odgers.

Anja Stevic, peneliti di departemen komunikasi Universitas Wina mengatakan bahwa memberikan ponsel kepada anak mampu menjadi jalan menuju kedewasaan anak itu sendiri.

“Itu memberi mereka rasa kemandirian dan tanggung jawab. Inilah yang harus dipertimbangkan orang tua: apakah anak mereka sudah di tahap cukup bertanggung jawab untuk memiliki smartphone?” kata dia.

Tidak hanya tanggung jawab anak yang perlu diperhatikan, sebagai orang tua tentu saja mereka tetap harus memberi pengawasan kepada anak-anaknya. “ada sejumlah pengawasan, tetapi tetap harus ada komunikasi dan keterbukaan untuk dapat mendukung dan memantau aktivitas anak secara online seperti saat offline,” kata Odgers.

Orang tua juga harus mampu menjadi panutan bagi anak mereka. “Anak-anak membenci kemunafikan,” kata Sonia Livingstone, profesor psikologi sosial di London School of Economics.

“Mereka benci merasa diberitahu untuk sesuatu yang dilakukan orang tua mereka, seperti menggunakan ponsel pada waktu makan atau pergi tidur dengan membawa ponsel,” lanjut Livingstone.

Pada akhirnya, pertanyaan kapan harus memberi smartphone untuk anak bermuara pada keputusan nilai bagi orang tua. Bagi sebagian orang tua, keputusan yang tepat adalah tidak membelinya. Namun ada juga orang tua yang mempercayai anaknya dengan memberi smartphone kepada mereka sejak usia muda.