PLN Bermimpi Besar untuk Menjadi Perusahaan Pembangkit Listrik No.1 ASEAN

Berita057 views

Inionline.id – PT PLN (Persero) siap menjadi perusahaan pembangkit listrik nomor satu di Asia Tenggara (ASEAN). Hal tersebut menyusul terbentuknya Holding dan Subholding di dalam tubuh perusahaan setrum negara ini.

Restrukturisasi Holding & Subholding PLN telah mencapai legal end state pada 1 Januari 2023 dengan pembentukan 4 Subholding, yaitu PT PLN Energi Primer Indonesia, PT PLN Nusantara Power, PT PLN Indonesia Power, dan PT PLN Icon Plus.

Adapun dengan pembentukan 4 Subholding ini, aset pembangkitan PLN akan terkonsolidasi dalam dua Subholding Generation Company (Genco), yakni PLN Indonesia Power (Genco 1) dan PLN Nusantara Power (Genco 2).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo memaparkan, PLN Indonesia Power dan PLN Nusantara Power menciptakan nilai dan siap menjadi perusahaan pembangkitan terbesar no.1 di Asia Tenggara yang berdaya saing di kancah global.

“Untuk Indonesia Power dan Nusantara Power, pertama adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan utilisasi dari pembangkit pembangkit ini yang tadinya pengelolaan aset terpencar menjadi aset terkonsolidasi,” ungkap Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (8/2/2023).

Adapun program strategis yang dilakukan Subholding Pembangkitan saat ini adalah mengimplementasikan pembangkit listrik berbasis digital ke seluruh pembangkit. Dengan demikian, seluruh pembangkit sudah dapat dikendalikan dan dimonitor secara real time, sehingga proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan lebih efisien.

Di samping itu, melalui konsolidasi ini pihaknya juga bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan hidrogen, co-firing, serta menginisiasi percepatan pembangunan pembangkit energi baru dan terbarukan sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.

Darmawan menilai, dengan adanya konsolidasi tersebut, maka PLN Nusantara Power maupun PLN Indonesia Power dapat bersinergi dengan PLN Energi Primer Indonesia (EPI) untuk menjaga keberlanjutan pasokan energi primer dan biomassa.

Selain itu, konsolidasi juga ditujukan agar pihaknya dapat melakukan pemeliharaan pembangkit secara presisi dan melakukan assessment untuk mengetahui kondisi pembangkit secara real time.

“Kemudian juga, kami dengan adanya pengelolaan pembangkit yang lebih baik ini, kami berusaha untuk meningkatkan keandalan sistem dengan program Anti Blackout dan fasilitas Unit Fast Response. Kami juga melakukan penguatan sistem coal handling,” katanya.

Perlu diketahui, PLN Indonesia Power (Genco 1) mengoperasikan pembangkit listrik dengan kapasitas sebesar 21 Giga Watt (GW), sementara PLN Nusantara Power (Genco 2) 18 GW.

“Dibandingkan dengan aset pembangkitan Genco-nya di Malaysia hanya sekitar 13 GW, jadi 2 anak perusahaan ini adalah 2 perusahaan Genco yang terbesar di Asia Tenggara,” kata Darmawan di Kantor Pusat PLN, Rabu (21/9/2022).

Lebih lanjut, Darmawan menjelaskan pembentukan Subholding ini merupakan transformasi dengan restrukturisasi organisasi di seluruh lingkungan PLN Group. Dengan demikian, aset yang tadinya tersebar dapat diintegrasikan sehingga lebih efisien.

“Nah aset-aset dari PLN yang jumlahnya sekitar Rp 370 triliun ini aset pembangkitan ini kami turunkan, ada konsolidasi aset-aset pembangkitan yang tadinya ada pengelolaan yang ada di Sumatera bagian Utara, Sumatera bagian Selatan, di Kalimantan dan di berbagai area yang tadinya ada di PLN kami turunkan,” katanya.

Selain itu, untuk mempercepat transisi energi di Indonesia, PLN juga membentuk entitas bisnis baru di sektor pembangkitan. Entitas tersebut akan berfokus pada energi baru terbarukan dan panas bumi yang akan berada di bawah Subholding Pembangkitan.

“Dua Genco itu ada dua entitas baru yang mengelola EBT, khusus aset EBT saat ini berbasis itu akan diturunkan pada entitas ini. Kedua, geothermal. Dengan adanya dua entitas ini kita identifikasi mana yang bisa kita bangun,” kata dia.