Riset UI Sebut Main Gim Kompetitif Berdampak Positif, Orangtua Tak Perlu Khawatir

Pendidikan057 views

Inionline.id – Kekhawatiran orang tua dan guru terhadap dampak bermain gim pada pelajar, kini menemukan solusinya. Hasil riset UI dan MABAR Esports Students Athlete Research menunjukkan bahwa bermain gim kompetitif justru dapat membantu pelajar mengembangkan kepribadian.

Dengan dukungan dan wadah yang baik, bermain gim kompetitif bisa menjadi sarana aktualisasi diri sekaligus membentuk identitas pelajar cerdas berkarakter, serta mendorongnya menjadi Pelajar Pancasila.  Riset tersebut dilakukan oleh Tim Cognition, Affect, and Well-Being Laboratory (CAW Lab) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) bersama MABAR.com, platform gim kompetitif khusus pelajar.

Dalam riset dilakukan dengan membandingkan tiga grup pelajar, yakni pertama, pelajar competitive gamer, pelajar casual gamer, dan pelajar non-gamer.  Ketiga grup itu mendapatkan tugas-tugas yang sama untuk mengukur kemampuan kognitif dan psikologisnya, hasilnya didapati kecenderungan bahwa bermain gim kompetitif lebih baik dari pada bermain gim kasual.

“Setidaknya ada empat aspek kognitif dan psikologis utama dimana pelajar competitive gamer lebih unggul dibandingkan grup lainnya,” kata Ketua Tim Peneliti dari CAW Lab Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Psikolog Dr. Dyah T. Indirasari, M.A, dikutip dari siaran pers, Minggu, 4 September 2022.

Pertama, pada aspek kontrol respons yang membuat orang lebih fokus. Kedua, akurasi yang jauh lebih tinggi. Ketiga, kemampuan regulasi emosi yang lebih baik dan keempat adalah kepribadian yang tidak impulsif dan tidak rentan stres.

Ketua CAW Laboratorium Fakultas Psikologi UI Agnes Nauli S.W. Sianipar menambahkan, aspek-aspek tersebut merupakan bekal yang kuat dalam mengembangkan kepribadian yang baik bagi individu. Aspek kognitif seperti fungsi kontrol respons juga merupakan hal yang sangat mendasar dalam berbagai proses belajar akademik, olahraga, dan musik.

Hasil riset turut menunjukkan e-sports dapat melatih daya juang atau grit para pelajar. Kemampuan ini paling menonjol ditunjukkan oleh grup pelajar competitive gamers dibandingkan kedua grup lainnya.

“Terdapat sejumlah anggapan bahwa generasi muda saat ini merupakan generasi stroberi atau lembek. Kami menemukan bahwa esports justru dapat meningkatkan grit pelajar. Dalam psikologi, grit dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat. Ketiga aspek tersebut terdapat di e-sports. Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui e-sports,” ungkap Agnes.

Dari hasil penelitian ini pula didapatkan Competitive Gamers menggunakan e-sports sebagai wadah aktualisasi diri dan pembentukan identitas. Dyah menjelaskan dalam fase Perkembangan Psikososial, mewadahi minat pelajar di masa remajanya berperan penting membantu mereka membentuk identitas yang lebih positif. Karena dapat mewadahi kebutuhan aktualisasi diri, termasuk melalui e-sports. 

CEO dan Co-Founder MABAR.com Aziz Hasibuan menilai wadah e-sports dapat menjawab kekhawatiran orang tua maupun guru terkait dampak bermain gim. Sebab, ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain gim secara kompetitif dan kasual.

Pada gim kompetitif atau e-sports, sebuah tim pelajar perlu bekerja sama, menjalankan strategi, mengasah akurasi, sementara untuk pemain kasual aspek tersebut kurang terasa.

“Dari hasil riset ini, kami merekomendasikan agar sekolah melakukan intervensi pada minat bermain gim pelajar dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai Esports Development Center untuk Student Athlete. Dengan demikian, pelajar bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan,” kata Aziz.

Hal tersebut juga didorong oleh tingginya minat pelajar terhadap gim e-sport. Aziz menjelaskan platform MABAR.com dalam waktu kurang dari tiga bulan saja telah memiliki lebih dari 10 ribu pengguna dari 1.000 tim esports yang berasal dari 800 sekolah di 16 provinsi. Dengan minat setinggi ini dan potensi positifnya, sangat disayangkan kalau mereka tidak mendapatkan dukungan dan arahan.

Hasil riset MABAR E-sports Student Athlete Research juga menunjukkan bahwa kekuatan karakter-karakter positif pada grup pelajar competitive player dapat menjadi fondasi pembentukan profil Pelajar Pancasila, sesuai Visi Kemendikbud 2020-2024 dengan enam elemen profil.  Yaitu Bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan Berkebinekaan global.

Tim Peneliti dari CAW Lab Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan MABAR.com berharap riset  ini memberikan inspirasi kepada penelitian-penelitian lanjutan terkait pengembangan pelajar melalui e-sports.