Dalam 2 Pekan Jokowi Memberikan Teguran Keras ke Para Menteri

Nasional057 views

Inionline.id – Teguran keras disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada para menteri dalam kurun waktu dua pekan. Jokowi menyentil soal maraknya produk impor hingga tak ada penjelasan dari jajarannya perihal kenaikan harga minyak goreng dan Pertamax.

Teguran Jokowi itu disampaikan dalam dua momen berbeda. Pertama, saat Jokowi memberikan pengarahan dalam tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia. Kedua, saat Jokowi menyampaikan arahan dalam sidang kabinet paripurna.

Jokowi Jengkel soal Produk Impor

Jokowi meluapkan kekesalannya terkait banyak produk impor di Indonesia. Jokowi bahkan saat itu meminta hadirin tidak tepuk tangan dulu.

Salah satu momen Jokowi meminta audiens tidak bertepuk tangan ketika berbicara mengenai keinginan membeli produk dalam negeri. Jokowi awalnya berbicara mengenai kesulitan yang dihadapi negara-negara di dunia karena pandemi COVID-19 hingga disrupsi teknologi.

Jokowi mengatakan saat ini dunia menghadapi kelangkaan energi, kelangkaan pangan, hingga kelangkaan kontainer. Selain itu, harga-harga pun melonjak naik.

Di tengah kondisi itu, Jokowi mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah memaksimalkan APBN-APBD. Dia ingin masyarakat bangga membeli produk dalam negeri

“Oleh sebab itu, yang paling gampang kita lakukan adalah bagaimana APBN, bagaimana APBD, bagaimana anggaran BUMN itu bisa men-trigger pertumbuhan ekonomi kita sendiri. Caranya? Ya kita harus memiliki keinginan yang sama untuk membeli, untuk bangga pada buatan kita sendiri. bangga buatan Indonesia,” ujar Jokowi seperti dalam akun YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (25/3/2022).

Pada momen inilah para peserta yang hadir bertepuk tangan. Jokowi langsung meminta mereka untuk tidak bertepuk tangan.

“Jangan tepuk tangan dulu!” ujar Jokowi.

Jokowi meminta tidak usah tepuk tangan dulu karena dirinya merasa sedih melihat banyak barang impor di Indonesia. Padahal, kata Jokowi, anggaran di pusat dan daerah sangat besar.

“Begitu saya lihat, ini pengadaan barang dan jasa seperti apa, detil sekarang ini. kerja nggak bisa, makro saja nggak bisa, hilang pasti. Target kita pasti lari ke mana-mana. Sekarang makro dilihat, mikronya dikejar. Cek yang terjadi, sedih saya. belinya barang-barang impor semuanya, padahal kita memiliki untuk pengadaan barang dan jasa, anggaran modal, pusat itu Rp 526 triliun,” imbuh Jokowi.

“Daerah, Pak Gub/wali/bupati, Rp 535 triliun, lebih gede daerah. Sekali lagi saya ulang, pusat Rp 526 triliun, daerah Rp 535 triliun. BUMN, jangan lupa, saya detailkan lagi, Rp 420 triliun, ini duit gede banget, besar sekali,” imbuh Jokowi.

Jokowi mengatakan, jika Indonesia terus-terusan membeli barang impor, negara lain yang mendapat keuntungan pekerjaan. Uang keluar tetapi pekerjaan ada di luar negeri.

“Coba kita belokkan semua ke sini. Barang yang kita beli barang dalam negeri, berarti akan ada investasi, berarti membuka lapangan pekerjaan. tadi sudah dihitung bisa membuka 2 juta lapangan pekerjaan. kalau ini tidak dilakukan, sekali lagi bodoh banget kita ini,” ujar Jokowi diikuti tepuk tangan peserta yang hadir.

Pada momen inilah Jokowi juga kembali meminta para peserta yang hadir untuk tidak tepuk tangan. Dia meminta anggaran digunakan untuk membeli produk dalam negeri.

“Jangan tepuk tangan, karena kita belum melakukan. Kalau kita melakukan dan itu Rp 400 T lebih nanti betul2 kita kerjakan, silakan kita semuanya tepuk tangan. Kita hanya minta 40 persen dulu, udah, targetnya nggak banyak-banyak sampai nanti Mei. Tadi pagi saya cek, sudah berapa sekarang? baru Rp 214 triliun. Gimana, mau kita terus-teruskan?” ujar Jokowi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyentil sejumlah menteri dan kepala lembaga. Jokowi bahkan menyinggung soal reshuffle.

“Kementerian, sama saja, tapi itu bagian saya itu. Reshuffle, udah, heeeeh saya itu, kayak gini nggak bisa jalan,” kata Jokowi.

Jokowi Bicara Sense of Crisis

Dalam sidang Sidang Kabinet Paripurna 5 April seperti ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (6/4), Jokowi menyoroti harga-harga bahan pokok yang mulai naik. Jokowi mewanti-wanti para pembantunya agar memerhatikan betul ucapan yang dilontarkan kepada masyarakat.

“Pangan maupun energi, apalagi ini menjelang Lebaran,” kata Jokowi.

Jokowi meminta anggota kabinet yang hadir untuk menetapkan kebijakan yang tepat untuk masyarakat. Jokowi mengingatkan para pembantunya agar tidak menyinggung masyarakat dengan ucapan maupun kebijakan yang tidak sensitif.

“Oleh sebab itu, seluruh yang hadir di sini, anggota kabinet, kepada semua menteri, kepala lembaga, agar kebijakan yang diambil itu tepat,” kata Jokowi.

“Sikap-sikap kita, kebijakan-kebijakan kita, pernyataan-pernyataan kita harus memiliki sense of crisis. Harus sensitif terhadap kesulitan-kesulitan rakyat,” ujar Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi menyentil soal tak ada penjelasan dari jajarannya terkait harga minyak goreng kepada masyarakat. Jokowi meminta jajarannya hati-hati karena dikhawatirkan muncul anggapan pemerintah tak bekerja.

“Jangan sampai kita ini seperti biasanya dan tidak dianggap oleh masyarakat melakukan apa-apa, tidak ada statement, tidak ada komunikasi harga minyak goreng sudah 4 bulan, tidak ada penjelasan apa-apa, kenapa ini terjadi,” kata Jokowi.

Jokowi juga menyinggung tak ada penjelasan terkait harga Pertamax naik. Dia meminta jajarannya memiliki empati kepada rakyat.

“Yang kedua Pertamax, menteri juga tidak memberikan penjelasan apa-apa mengenai ini. Hati-hati, kenapa Pertamax, diceritain dong pada rakyat. Ada empati kita gitu loh, nggak ada. Yang berkaitan dengan energi, nggak ada,” ujar Jokowi.

Jokowi meminta ada penjelasan ke publik setiap ada perkembangan mengenai urusan kebutuhan pokok. Jangan sampai, kata Jokowi, pemerintah dianggap tidak kerja.

“Itu yang namanya memiliki sense of crisis yang tinggi, terutama betul-betul saya minta ini yang berkaitan dengan kebutuhan pokok dirumuskan betul, tidak hanya urusan minyak goreng, tetapi dilihat satu per satu urusan beras seperti apa, urusan kedelai nanti akan seperti apa, urusan gandum akan nanti akan seperti apa. Kalau kerja nggak detail, kerja nggak betul-betul dilihat betul dan kita diem semuanya, nggak ada statement, hati-hati, dianggap kita nggak ngapa-ngapain, nggak kerja atau mungkin juga nggak ngapa-ngapain mungkin nggak kerja,” imbuh Jokowi.

Di akhir arahannya, Jokowi meminta para menteri tidak membuat polemik di masyarakat. Larangan itu termasuk soal polemik penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.

“Jangan menimbulkan polemik di masyarakat, fokus pada bekerja dalam penanganan kesulitan yang kita hadapi,” ucap Jokowi.

“Jangan sampai ada lagi yang menyuarakan lagi mengenai urusan penundaan, urusan perpanjangan. Ndak,” tegasnya.