Selama Masih Terapkan Karantina Indonesia Sulit Datangkan Wisatawan Mancanegara

Headline, Nasional157 views

Inionline.id – Putu Winastra Ketua Association of Indonesian Tours and Travels Agencies (Asita) Provinsi Bali mengatakan selama masih ada aturan karantina bagi wisatawan mancanegara (wisman) masuk ke Bali, pelaku usaha masih sulit menggaet turis berlibur ke Pulau Dewata.

“Selama masih ada karantina maka destinasi itu susah dijual,” kata Winastra, saat dihubungi Selasa (15/2).

Ia menyebutkan, pihaknya sangat mengapresiasi rencana pemerintah mengurangi durasi masa karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), warga negara asing maupun Indonesia dari lima hari jadi tiga hari. Namun, pihaknya tetap berharap ke depannya Bali tanpa karantina, hal itu karena melihat respons pasar.

“Kami apresiasi upaya pemerintah untuk itu. Tapi justru harapan kami dengan parameter yang diberlakukan nantinya tidak ada karantina lagi, artinya zero karantina. Kenapa demikian, karena dari hasil evaluasi ataupun respons yang kami dapatkan,” ujarnya.

“Dari market yang ada setelah kami kirimkan pembukaan Bali sebagai entry point PPLN WNA, pada 4 Februari itu respons market itu justru negatif sekali yang mengatakan bahwa selama masih ada karantina maka destinasi itu susah dijual,” tambahnya.

Ia menerangkan, respons market negatif karena para turis membandingkan negara-negara di Asing Tenggara yang membuka destinasi wisatanya tanpa karantina dengan aturan yang lebih mudah dan itu menjadi daya tarik calon wisman di berbagai negara.

“Karena, mereka membandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, ini yang sudah mulai membuka justru dengan aturan yang lebih mudah. Lain halnya, kalau Indonesia sendiri membuka dirinya sedangkan negara lain tidak ada yang buka dengan aturan yang ketat mungkin diperhitungkan,” ujarnya.

“Tapi ketika negara lain sudah membuka diri terutama di Asia Tenggara yang merupakan kompetitor kita, mereka memberikan aturan yang sangat mudah tanpa karantina. Ini, menjadi menarik lagi bagi calon-calon wisatawan,” kata dia.

Kendati ada pengurangan masa karantina tiga hari. Ia menilai kedatangan wisman ke Bali tidak akan signifikan karena permintaan turis adalah tanpa karantina.

“Sangat tidak signifikan, kami berbicara data karena dari respons negara-negara sumber wisatawan itu menyampaikan seperti itu. Justru, yang mereka minta itu adalah no karantina. Dasarnya ada, karena di negara lain sudah tidak melakukan karantina. Nah, sekarang ketika kita membanggakan diri untuk karantina kan mereka ketawa. Orang lain tidak karantina ngapain kamu karantina,” katanya.

Ia juga menilai, kenapa para wisman meminta tanpa karantina karena mereka sudah melakukan vaksinasi lengkap dan juga saat ini sudah ada booster. Selain itu, di berbagai negara sudah menganggap Covid-19 atau omicron sebagai flu yang biasa.

“Parameternya apa, sekarang di beberapa negara di Eropa sudah tidak (menganggap) Covid-19 atau omicron itu sebagai Covid-19, bahkan sebagai normal flu. Negara lain, sudah sebegitunya mendeclare dirinya untuk hidup berdampingan dengan Covid-19. Kenapa kita, harus terlalu berlebihan untuk memproteksi diri kita walaupun itu baik, tetapi dua tahun Bali ini kena Covid-19 benar-benar sudah (terpuruk) perekonomian kita. Kita masih mines loh sampai sekarang,” ungkapnya.

Ia kembali menegaskan, Asita Bali menyambut sangat baik adanya pengurangan masa karantina selama tiga hari. Namun, pihaknya juga meminta Pemerintah untuk membuat kebijakan yang clear dan jelas jauh-jauh hari.

Misalnya, ke depannya pemerintah secara resmi menginformasikan bahwa bulan berikutnya wisman masuk ke Bali tanpa karantina atau dilakukan jauh-jauh hari informasi tersebut dan bagi pelaku pariwisata di Bali bisa melakukan persiapan. Karena, menurutnya setiap negara punya waktu season yang berbeda.

“Misalnya, kalau ada official statement 1 April Bali ini dibuka dengan tidak karantina. Sehingga dengan itu, ada sebuah kepastian untuk kita melakukan sounding dan juga koordinasi pihak airline, kan butuh waktu untuk melakukan scheduling. Kemudian untuk mendapatkan slot terbangnya,” ujarnya.

“Kebetulan Bali ini, marketnya berbeda-beda yang menjadi harapan kita ke depan ini adalah Eropa yang mempunyai season bulan Juli, Agustus September, sebagai liburan musim panas. Mereka, akan mulai booking-nya paling tidak Bulan Maret atau April. Artinya, kalau ada sebuah kejelasan dari pemerintah bahwa April ini akan buka tanpa karantina, berarti kami mempersiapkan sekarang dan sebagainya sehingga liburan musim panas ini, kita tidak terlewatkan,” katanya.

Menurutnya, daripada tergesa-gesa menyampaikan sekarang bahwa masa karantina dikurangi tiga hari. Lalu, dua Minggu kemudian berubah lagi hal itu akan berdampak tidak baik bagi image destinasi wisata karena tidak ada kepastian bagi wisman.

“Sedangkan, negara lain sudah pasti,” ujarnya.

Selain itu, untuk parameter Bali dibuka tanpa karantina sudah bisa menurutnya. Melihat tingkat vaksinasi tahap satu sudah melebihi 100 persen dan tahap dua sudah hampir 100 persen. Bahkan, saat ini sudah ada vaksinasi booster. Kemudian, juga sudah 2000 sertifikasi CHSE sudah dimiliki industri pariwisata dan terutama ketaatan masyarakat Bali pada protokol kesehatan cukup disiplin.

“Herd immunity orang Bali ini pasti sudah terbentuk 80 persen bahkan lebih. Nah, sekarang ketika kita bicara omicron di berbagai negara sudah dijelaskan gejala sangat ringan dan itu tidak perlu ke rumah sakit. Apalagi lagi, jangan terlalu berlebihan kita bicara begini begitu sedangkan kita sudah (terpuruk perekonomian) selama dua tahun,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan, bahwa dengan adanya masa karantina tiga hari bukan berarti tidak ada wisman datang ke Bali. Tetapi melihat masa liburan setiap negara berbeda-beda tentu kedatangan wisman tidak langsung banyak ke Bali.

Selain itu, para wisman tentu mencari negara yang membuka destinasi wisata tanpa karantina. Karena itu, lebih memudahkan mereka untuk berlibur.

“Upaya pemerintah kami apresiasi. Namun, orang masih cenderung mencari destinasi yang tanpa ada karantina. Karena banyak negara yang dibuka tanpa karantina, Phuket Thailand, Kamboja, Vietnam, Filipina, Malaysia, Singapura, dan mereka sudah membuka tanpa karantina. Sekarang, kalau kita harus ada karantina, iya orang akan melihatnya dengan ini,” ujarnya.