Rasio Menjadi 43,1 Persen dari PDB, Target Utang APBN 2022 Rp973,6 T

Ekonomi157 views

Inionline.id – Pada APBN 2022 Pemerintah memasang target pembiayaan utang Rp973,6 triliun. Dengan target itu, maka rasio utang akan mencapai 43,1 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan pelaksanaan pinjaman,” ungkap Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan DJPPR Kementerian Keuangan Riko Amir di konferensi pers virtual, Senin (13/12).

Riko mengatakan target pembiayaan utang ini akan digunakan untuk menutup defisit APBN sekitar Rp868 triliun pada tahun depan. Rencananya, target pembiayaan utang akan dipenuhi dari penerbitan SBN mencapai Rp991,3 triliun dan pinjaman Rp17,7 triliun.

Berdasarkan denominasinya, porsi pemenuhan target pembiayaan utang dari denominasi rupiah akan mencapai 80-82 persen. Sedangkan sisanya dari berasal dari surat utang valuta asing (valas) sebesar 18-20 persen.

Khusus untuk penerbitan SBN, pemerintah akan memenuhi target melalui Surat Utang Negara (SUN) sebesar 69-72 persen. Sisanya dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk sekitar 28-31 persen.

Riko menjelaskan pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memenuhi pembiayaan utang pada tahun depan. Pertama, berupa kebijakan pinjaman program, di mana pelaksanaannya akan dilakukan dengan fleksibel sesuai kondisi pasar, kebutuhan dana, ketersediaan kas APBN, dan lainnya.

“Dengan mempertimbangkan kapasitas lender, penarikan pada kuartal I yang tinggi karena pergeseran dari 2021, mata uang pinjaman sesuai kebutuhan, dan melanjutkan upaya loan conversion,” terangnya.

Kedua, berupa penerbitan SBN dengan mekanisme lelang. Penerbitan atau lelang SUN dan SBSN akan dilakukan masing-masing sebanyak 24 kali.

“Tenor, size, dan waktu fleksibel,” imbuhnya.

Selain itu, pemerintah juga akan memaksimalkan penerbitan surat utang yang merupakan hasil kerja sama dengan Bank Indonesia (BI), di mana jumlahnya bisa mencapai Rp224 triliun. Namun, realisasinya akan disesuaikan dengan kebutuhan.

Ketiga, kebijakan penerbitan SBN ritel sebanyak tujuh seri. Terdiri dari ORI dua kali, SR dua kali, SWR satu kali, SBR satu kali, dan ST009 satu kali. Pemerintah turut menargetkan investor ritel mencapai 537 ribu pada tahun depan.

Keempat, berupa kebijakan penerbitan SBN valas, di mana target yang dibidik akan fleksibel sesuai kondisi pasar dan kebutuhan. Beberapa SBN valas yang akan diterbitkan, yaitu dual currency, samurai bonds, hingga SDGs bonds.