GSM Gelar Workshop di 3 Kota untuk Memperkuat Ekosistem Sekolah

Pendidikan057 views

Inionline.id – Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) kembali melakukan penguatan ekosistem sekolah menyenangkan melalui workshop kepada 98 kepala sekolah SMK Pusat Keunggulan di Magelang 1-5 November 2021.

Workshop di Magelang ini merupakan gelombang terakhir dari rangkaian lima batch yang dilaksanakan sejak Oktober awal di Yogyakarta, Solo dan Magelang. Total peserta yang telah dilatih dalam Workshop Penguatan Ekosistem SMK melalui GSM bagi Kepala SMK Pelaksana Program SMK Pusat Keunggulan ini sekitar 900 lebih dalam 10 batch sejak 2020 lalu.

Workshop penguatan ekosistem sekolah menyenangkan ini diawali dengan sesi perubahan pola pikir oleh Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan, Muhammad Nur Rizal. Data-data tentang hasil kualitas pendidikan Indonesia yang stagnan disampaikan sebagai pijakan untuk mengajak para peserta untuk mengevaluasi diri.

Sebelumnya, sekitar 25 kepala sekolah dan guru dari lima sekolah pilot project GSM Supiori, Papua hadir ke Yogyakarta untuk mengikuti workshop Penciptaan Ekosistem Menyenangkan bagi Sekolah Dasar di Kabupaten Supiori. Selain kepala sekolah dan guru, perwakilan dari badan pengawas, dan dinas pendidikan juga turut hadir dengan tujuan penyelarasan perubahan yang terjadi di sekolah dengan sistem di birokrasi.

Nur Rizal juga menekankan bahwa perspektif baru tentang pendidikan yang sebenarnya justru lebih mengedepankan kodrat manusia ini punya peluang lebih besar bagi sekolah-sekolah di Papua. Hal ini disebabkan perilaku masyarakat Papua yang lebih banyak terhubung dengan alam, sehingga sangat bersesuaian dengan paradigma baru yang digelorakan oleh GSM yaitu school as community.

Sehingga, sekolah-sekolah di Papua memiliki kesempatan lebih mudah untuk membangun pembelajaran yang otentik dan nyata. “Hal yang dianggap oleh masyarakat luas sebagai sebuah ketertinggalan di Papua, justru dianggap sebagai sebuah kesempatan oleh GSM untuk berfokus pada pendidikan yang berfokus pada membangun karakter dan softskill,” tutup Rizal.

Selanjutnya di Magelang, co-founder GSM, Novi Candra tentang revolusi otak manusia. Sebagai dosen psikologi UGM, Novi menyampaikan tentang cara kerja otak manusia serta hormon-hormon manusia yang mempengaruhi proses belajar manusia.

Berbeda dari lainnya, program pelatihan GSM ditangkap oleh peserta sebagai gerakan yang dapat memantik dorongan internal dalam melakukan perubahan. Menurut pengakuan Caecilia Luppi Satesti, salah satu peserta yang juga kepala sekolah dari SMKN 1 Kokap Kulon Progo, menyebutkan, bahwa materi yang dibawakan oleh GSM adalah the way of thinking yang dapat mengubah para pengajar.

Menurutnya, hal ini menjadi panduan untuk melaksanakan kegiatan di sekolah.  “Saya baru paham bahwa GSM itu tidak hanya untuk anak-anak dan proses pembelajaran, tetapi untuk seluruh proses penyelenggaraan di sekolah” ujarnya.

Kesimpulan ini ia dapat setelah melewati materi hari kedua. Menurutnya, hari kedua membuatnya semakin jelas bahwa ekosistem GSM yang diciptakan bisa masuk ke semua lini.

Peserta lainnya, Sunnaidi Solikhin, Kepala Sekolah SMKS Yapentob Toboali Bangka Belitung, mengatakan bahwa pelatihan ini menyadarkannya tentang arti guru yang sebenarnya. Setelah 46 tahun menjadi guru dan kepala sekolah SD SMA dan SMK, ia tersadar bahwa hukuman yang menggunakan kekerasan seperti cubit, push up justru meninggalkan kesan jelek dari anak terhadap pendidikan dan sekolah.

“Mestinya kita memanusiakan manusia dan menganggap anak itu manusia, sekolah itu taman, kita harus tahu bagaimana menyenangi anak.” ujar Sunnaidi.

Menurutnya, apabila guru bertindak seperti raja (the king is never wrong) yang memberikan sanksi pada siswa dengan tidak memanusiakan manusia, itu sudah salah besar. Pelatihan ini menyadarkannya sebagai guru senior tentang bagaimana seharusnya menjadi guru yang memanusiakan anak dan menuntun kodrat.