Satgas Menyebut Metode Pooled Test Covid Berpotensi Kurang Akurat

Kesehatan157 views

Inionline.id – Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyatakan metode deteksi virus corona (Covid-19) menggunakan Pooled Test berpotensi menghasilkan hasil tes yang keliru. Tingkat akurasinya lebih rendah dari metode polymerase chain reaction (PCR).

Sebelumnya, Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat (Biokesmas) di Kupang, NTT ditutup. Salah satunya karena menggunakan metode pooled test untuk melacak kasus virus corona.

“Ada kemungkinan hasil false negatif yang lebih besar, terutama jika tidak divalidasi dengan benar,” ucap Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Covid-19 Alexander Kaliaga Ginting, saat dihubungi, Kamis (26/8).

Alex menjelaskan, cara kerja pooled test adalah dengan menguji beberapa sampel pemeriksaan Covid-19 menggunakan reagen yang sama. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan dalam satu kelompok seperti dalam satu rumah atau kantor.

Hasil pooled test bisa berpotensi besar false negatif. Selain itu, apabila hasil tes tersebut ada yang positif, maka pihak laboratorium perlu melakukan tes ulang pada satu persatu individu untuk mengetahui siapa yang sebenarnya terinfeksi Covid-19.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) juga telah mewanti-wanti bahwa pooled test memiliki potensi tinggi untuk hasil negatif palsu atau false negatif covid-19.

Alex menekankan bahwa metode ini hanya berpotensi digunakan di Indonesia saat penularan minimal satu persen dari populasi. Sementara di Indonesia saat ini, jumlah kasus masih tergolong tinggi.

“Pooled test hanya digunakan jika tidak terjadi kejadian luar biasa (KLB) dan prevalensi kasus sangat rendah dengan prediksi kasus negatif akan lebih tinggi,” kata Alex.

Alex mengamini pooled test lebih murah lantaran pengujian hanya membutuhkan satu reagen untuk 5-6 spesimen yang diperiksa. Namun saat ini fokus Indonesia adalah menggenjot jumlah tes dan pelacakan kasus.

“Golden standard itu tetap PCR,” ujar Alex.

Dihubungi terpisah, Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan sejauh ini pihaknya belum mengetahui apakah sudah ada daerah yang menggunakan metode pooled test di Indonesia.

Senada dengan Alex, ia menegaskan hingga saat ini metode screening Covid-19 di Indonesia hanya menggunakan PCR, TCM, dan Rapid Test Antigen. Nadia belum mengetahui salah satu laboratorium di NTT menggunakan metode pooled test.

“Kami belum dapat informasi dari penanggungjawabnya ya,” kata Nadia.

Pooled test sempat menjadi perbincangan publik terkait polemik penutupan Laboratorium Biokesmas NTT belakangan ini. Dinas Kesehatan Kota Kupang menjelaskan penutupan itu terjadi lantaran Laboratorium mengambil dan memeriksa sampel Covid-19, namun tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

Selain itu, Lab Biokesmas Provinsi NTT menyebut tes PCR yang mereka lakukan dengan metode Pooled Test qPCR yang kemudian digunakan untuk screening massal dan surveilans. Seharusnya dilakukan oleh ahli biomolekuler dan kesehatan masyarakat, bukan oleh patologi klinis.

“Perlu diketahui bahwa untuk pemeriksaan screening massal dengan teknik pooled test qPCR, maka seharusnya untuk menyimpulkan hasil screening tidak secara individu melainkan menyimpulkan hasil screening secara berkelompok/pooled,” kata Kepala Dinkes Kota Kupang Retnowati.

Sementara itu, Kepala Lab Biokesmas NTT Fima Inabuy melalui petisi daring mengklaim bahwa Lab mereka sudah memenuhi seluruh syarat dan sudah mengantongi Surat Izin Operasional dari Litbangkes RI.