Komisi I Mengapresiasi Proses Evakuasi WNI dari Afghanistan: Langkah Bijak-Tepat

Headline, Nasional257 views

Inionline.id – Kemlu dan TNI AU berhasil mengevakuasi 26 warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Afghanistan setelah Taliban berkuasa. Komisi I DPR mengapresiasi langkah tepat dan operasi senyap yang dilakukan pemerintah RI itu.

“Langkah bijak dan cepat dan tepat. Yang paling utama misi penyelamatan tercapai,” kata Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid kepada wartawan, Sabtu (21/8/2021).

Politikus Partai Golkar itu mengatakan bahwa operasi senyap yang dilakukan Kemlu dan TNI itu karena situasi di Afghanistan tidak kondusif. Meutya mengatakan penyelamatan kemanusiaan yang dilakukan pemerintah harus dikedepankan dari pada sikap RI terhadap Taliban yang saat ini berkuasa di Afghanistan.

“Suasana yang tidak kondusif membuat operasi memang harus senyap, mengutamakan misi kemanusiaan dari pada penyikapan keberpihakan (maupun ketidakberpihakan) menurut saya langkah yang tepat. Utamakan dulu tugas perlindungan WNI kita hingga tuntas,” jelas dia.

PPP Apresiasi Operasi Senyap Kemlu-TNI AU

Anggota Komisi I DPR fraksi PPP, Syaifullah Tamliha evakuasi yang dilakukan pemerintah adalah antisipasi terhadap kemungkinan terburuk. Tamliha mengatakan operasi itu adalah bentuk hadirnya pemerintah kepada warganya sehingga patut diapresiasi.

“Antisipasi pemerintah Indonesia menghadapi kemungkinan terburuk bagi WNI kita di Afganistan dengan memulangkan segera para diplomat dan WNI kita juga patut diapresiasi sebagai bentuk hadirnya negara bagi WNI kita di luar negeri,” kata Tamliha saat dihubungi terpisah.

“Silent operation (operasi senyap) Menlu dan Panglima TNI adalah cara yang tepat pada saat pemerintahan Afganistan belum terbentuk,” sambungnya.

Akan tetapi, Tamliha menilai Indonesia tak perlu takut dengan Taliban. Sebab Indonesia bukan bagian dari sekutu Amerika Serikat ataupun Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

“Sebenarnya kita tidak perlu takut dg Taliban, sebab Indonesia bukan bagian dari sekutu Amerika atau NATO yang pernah berperang dengan Taliban,” kata Tamliha

“Apalagi aliran agama Taliban juga Sunni sebagaimana NU di Indonesia. Taliban bermazhab Imam Hanafi dan Al Maturidi, sedangkan NU bermazhab Imam Syafi’i dan Al Asy’ari. Kedua aliran agama tersebut adalah Sunni (Islam moderat),” lanjutnya.

Mengenai hubungan diplomatik Indonesia dengan Taliban, Tamliha menyarankan agar menunggu sampai pemerintahan baru Afghanistan terbentuk. Akan tetapi, dia menyebut tak ada salahnya jika Badan Intelijen Negara (BIN) mulai menjalin komunikasi dengan Taliban.

“Kita tunggu sampai pemerintah Emirat Islam Afganistan terbentuk. Namun tidak salahnya BIN membangun komunikasi dengan Taliban, untuk nantinya kita mencari formula baru untuk tetap menjaga hubungan diplomatik dengan Afganistan,” sebut Tamliha.

Sebelumnya, pemerintah berhasil mengevakuasi 26 WNI termasuk staf KBRI di Afghanistan. Selain itu ada juga 5 WN Filipina dan 2 WN Afghanistan yang ikut dievakuasi dari Afghanistan. 2 WN Afghanistan itu adalah suami dari WNI dan staf lokal KBRI.

Menlu Retno Marsudi mengungkapkan awalnya proses evakuasi WNI dari Afghanistan memakai pesawat sipil bukan pesawat militer milik TNI AU. Namun, tidak jadi karena beberapa pertimbangan.

“Rencana evakuasi ini dirancang selama beberapa hari. Awalnya evakuasi direncanakan menggunakan pesawat citilink, namun di tengah jalan rencana tersebut harus disesuaikan karena kondisi lapangan yang berubah,” kata Retno saat konferensi pers, Sabtu (21/8).

Retno mengatakan penjemputan WNI memakai pesawat militer sudah sesuai koordinasi dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Dia mengatakan Kemlu berkoordinasi dengan semua pihak untuk proses penjemputan WNI ini.