Terkait Mahalnya Kedelai, Ridwan Kamil Akan Koordinasikan dengan Kementan

Ekonomi057 views

Inionline.id – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Perum Bulog terkait lonjakan harga kedelai yang berimbas pada mogoknya perajin tahu tempe di Bandung pekan lalu.

“Kami terus mengkoordinasikan dengan Kementerian Pertanian juga dengan Bulog karena kedelai ini kebutuhan utama masyarakat Jawa Barat. Tahu, kecap itu sumbernya dari kedelai yang mayoritas sumbernya kedelai impor,” kata Emil, sapaan akrabnya, Selasa (1/6).

Kenaikan harga kedelai di Jabar dirasakan produsen sejak Januari 2021. Harganya sempat kembali normal pada Februari 2021.

Tapi, setelah Idul Fitri 2021, kenaikan harga kedelai terjadi dan membuat produsen tahu dan tempe enggan berjualan.

Emil menilai riuh soal kenaikan harga kedelai impor tetap akan disikapi oleh para produsen dengan solusi menaikkan harga. Oleh karena itu pihaknya yakin produsen yang awalnya mogok produksi saat ini sudah kembali beroperasi.

“Jadi operasi pengendalian memang bukan di tupoksi Jabar tapi mengkoordinasikan agar ada tindakan terukur, makanya sudah beroperasi lagi walau ada kenaikan,” ujar mantan Wali Kota Bandung itu.

Menurut Emil, Pemprov Jabar sendiri sudah memiliki sistem pengendalian ketahanan pangan yang akan bergerak ke lapangan begitu ada dinamika.

“Setiap sumber pangan naik, tim ketahanan pangan bergerak, bisa di level tupoksinya atau koordinasi dengan pemerintah pusat,” ucapnya.

Sebelumnya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat (Jabar) menilai opsi menaikkan harga tahu dan tempe bisa menjadi solusi jangka pendek yang bisa diambil oleh perajin ketimbang mogok produksi.

Hal itu boleh dilakukan sembari menunggu kebijakan lebih lanjut dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jawa Barat Eem Sujaemah mengatakan solusi dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) kepada produsen adalah menaikkan harga jual maksimal 30 persen alih-alih mogok.

“Kalau tahu tempe naik 30 persen, itu tidak akan jadi masalah. Secara organisasi, Gakoptindo tidak menyarankan libur produksi, kalau dia mogok implikasinya malah akan lebih banyak,” kata Eem di Bandung, Kamis (27/5).