Hanya Ada Satu Proyek Apartemen Yang Selesai Di Jakarta Selama Sembilan Bulan Terakhir

Inionline.id – Sektor apartemen di Jakarta merupakan salah satu instrumen properti yang paling terdampak aktivitas transaksinya. Selama periode sembilan bulan tahun 2020, hanya ada satu suplai baru proyek apartemen yang berjumlah 649 unit, tingkat penjualannya juga terus menurun.

Bisnis properti khususnya sektor residensial apartemen di wilayah Jakarta sangat terdampak pelemahan perekonomian maupun pandemi Covid-19. Dari suplai unit apartemen di Jakarta yang diprediksi mencapai 3.034 unit pada kenyataannya yang masuk pasar hanya sebanyak 649 unit.

Hal tersebut mengemuka dalam paparan Jakarta Property Market Q3 2020 yang diselenggarakan oleh Colliers International Indonesia (CII). Menurut Ferry Salanto, Senior Associate Director Research CII, pasokan unit apartemen khususnya di Jakarta terus mengalami tren penurunan sejak tahun 2015 lalu.

“Khusus untuk periode sembilan bulan tahun ini kondisinya memang sangat berat, dari yang kita prediksi yang akan masuk pasar sebesar 3.000-an unit nyatanya hanya 649 unit yaitu dari proyek Permata Hijau Suites. Ini membuat total pasok apartemen di Jakarta yang saat ini dipasarkan sekitar 212.593 unit,” ujarnya.

Sedikitnya pasokan unit apartemen yang masuk pasar Jakarta tidak terlepas dari tidak adanya peluncuran (launching) produk baru sepanjang tahun ini. Beberapa pengembang yang sudah mulai memperkenalkan produk barunya pun akhirnya harus meng-hold acara peluncuran bahkan beberapa yang sudah dipasarkan harus me-refund dana konsumen karena penundaan untuk waktu yang belum bisa dipastikan.

Total unit yang dipasarkan pada sembilan bulan tahun ini sebanyak 1.382 unit dan terserap hanya 168 unit. Segmen apartemen yang masih bisa dipasarkan juga mayoritas dari segmen atas yang memang tidak terlalu terdampak keuangannya karena pandemi. Untuk harga rata-rata unit apartemen di Jakarta juga relatif stagnan yaitu Rp34,96 juta/m2.

Ini juga membuat minat orang yang ingin membeli unit apartemen semakin menurun khususnya dari kalangan investor. Hal ini tidak terlepas dari ekspektasi investasi yang diharapkan juga menurun dari yield-nya sementara pajak dan kewajiban lain seperti service charge dan maintenance harus tetap dibayar.

“Tapi situasi ini tentunya akan kembali reborn, karena properti tidak terlepas dari  siklus. Kami melihatnya nanti pada pertengahan tahun depan akan mulai reborn, makanya beberapa developer besar mulai berani memperkenalkan maupun meluncurkan produknya yang sudah disiapkan lama. Kondisi yang lebih baik akan mulai terlihat pada tahun 2022,” imbuh Ferry.