Berbagai Gimmick Ini Bisa Membuat Pasar Properti Lebih Bergairah

Inionline.id – Saat sektor properti booming pada era tahun 2012-2014, kenaikan harga yang terjadi bisa mencapai 50 bahkan 100 persen hanya dalam tempo satu tahun. Kala itu sektor properti ditransaksikan dengan sistem antri menggunakan nomer urut dan orang berebut untuk membeli saat harga perdana dengan keyakinan peningkatan harga yang tinggi.

Bahkan saat itu, kita baru melakukan booking dan produknya sendiri masih berupa gambar, saat acara peluncuran nilai booking-nya saja sudah bisa dijual dengan mendapatkan margin. Properti menjadi instrumen yang sangat menarik jauh melebihi imbal hasil seperti dari deposito maupun saham yang fluktuatif.

Namun sejak periode tahun 2014 hingga saat ini sektor properti mengalami penurunan. Tidak ada lagi kenaikan harga yang bisa mencapai puluhan persen dalam waktu singkat. Kalangan pengembang juga harus mengeluarkan siasat maupun strategi terbaik untuk tetap bisa membukukan penjualan karena konsumen properti dari segmen investor rata-rata menahan diri.

Menurut Hartan Gunadi, CEO PT Hartanland Properti Indonesia, situasi bisnis properti yang berat ini bukan berarti potensi dari sektor ini menghilang. Prospek dari sektor properti tetap besar, hanya saja ada berbagai perubahan dan itu harus disikapi secara biasa sebagai perubahan iklim bisnis. Akan terjadi di semua sektor dan bukan hanya properti.

“Bisnis properti itu sampai kapanpun akan terus ada, terlebih pasar kita yang sangat besar karena masih banyak orang yang membutuhkan hunian. Sekarang pengembang hati-hati karena segmen investor ini wait and see, tapi segmen konsumen end user itu tetap besar. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan dengan produk yang tepat dan berbagai program maupun skema pembayaran yang menarik,” katanya.

Untuk produk-produk properti investasi yang harganya di atas Rp1 miliar, saat ini memang harus lebih selektif dan pasti penjualannya tidak bisa cepat. Karena itu sekarang saatnya pengembang untuk lebih fokus pada produk-produk bersegmen di bawah Rp500 juta atau lebih rendah lagi sehingga pasar yang dijangkau menjadi lebih luas.

Tapi pada kenyataannya tidak semua pengembang memiliki kemampuan untuk menggarap segmen mass product seperti ini. Karena itu harga lahan maupun material bahan bangunan justru terus meningkat. Lokasi yang semakin jauh untuk mendapatkan pembebasan lahan yang lebih murah, membuat produk yang ditawarkan harus diikuti dengan gimmick marketing dan berbagai kemudahan lain untuk menggairahkan pasar.

“Memasarkan produk properti sekarang harus banyak gimmick-nya supaya bisa merangsang orang yang masih pikir-pikir untuk segera take action beli properti. Beberapa program yang bisa diterapkan dan pasti menarik untuk konsumen itu program cash back atau produk yang kita pasarkan di-bundling dengan program asuransi. Jadi untuk jangka waktu 10-15 tahun konsumen bisa mendapatkan kembali uang pembelian propertinya. End user itu daya belinya juga kuat, makanya harus kita rangsang gimmick marketing yang menarik karena properti itu akan selalu oke,” tandas Hartan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *