Kerja Sama Dengan Bank Sentral Luar Negeri, BI Ingin Perkuat Ketahanan Ekonomi

Ekonomi057 views

Inionline.Id – Menjalin kerjasama dengan bank sentral di luar negeri di bidang keuangan menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, merupakan kebijakan yang dilakukan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi eksternal selama kuartal IV.

“Memperkuat kerja sama moneter dan keuangan dengan otoritas dari beberapa negara,” kata Perry.

Perry mengungkapkan, pada triwulan IV 2018, BI dan Monetary Authority of Singapore telah menandatangani perjanjian keuangan bilateral dengan nilai setara USD 10 miliar dalam bentuk swap bilateral dalam mata uang lokal serta repo bilateral dalam valuta asing untuk menjaga stabilitas moneter dan keuangan.

“Selain itu, BI dan Bank Sentral China telah memperbarui perjanjian swap bilateral dalam mata uang lokal Bilateral Currency Swap Arrangement/BCSA),” ujarnya.

BI telah melakukan kesepakatan pertambahan nilai BCSA dari CNY 100 miliar (setara USD 15 miliar) menjadi CNY 200 miliar (setara USD 30 miliar) dengan Bank Sentral China.

Selanjutnya, BI akan akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan di bidang moneter dan makro prudiential dengan tujuan menjaga inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Salah satu langkah yang diambil BI adalah dengan menaikkan suku bunga acuan seperti yang sudah dilakukan di sepanjang 2018.

“Pada triwulan IV 2018, BI naikkan suku bunga sebesar 25 bps dengan level 6 persen pada November 2018,” kata Perry.

Dia menjelaskan, kebijakan suku bunga difokuskan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan atau CAD ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik.

“Bl juga terus menempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar Rupiah maupun pasar valas (valuta asing) serta secara efektif memberlakukan transaksi Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) mulai 1 November 2018,” ujarnya.

Sementara itu, untuk meningkatkan fleksibilitas dan distribusi likuiditas di perbankan, Perry menyatakan BI telah menaikkan porsi pemenuhan GWM Rupiah Rerata (konvensional dan syariah) dari 2 persen menjadi 3 persen. Serta meningkatkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial/PLM (konvensional dan syariah) yang dapat direpokan ke Bl dari 2 persen menjadi 4 persen. “Masing masing dari Dana Pihak Ketiga (DPK),” dia menambahkan.

Di bidang kebijakan makroprudensial, Bl juga mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar 0 persen dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada target kisaran 80-92 persen.

“BI akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *