Presiden Joko Widodo Gelar Peringatan Maulid Nabi dan Temu Ulama di Istana Bogor

Bogor, inionline.id – Presiden Joko Widodo menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1440H di Istana Kepresidenan Bogor,  Rabu (21/11). Peringatan Maulid Nabi di Istana Bogor diawali dengan temu ulama dengan Presiden Joko Widodo di Masjid Baitussalam Istana Bogor, membahas isu-isu yang berkembang di masyarakat.

Di hadapan para ulama, Presiden menyatakan bahwa menjelang tahun politik seperti saat ini, dirinya mengaku kerap diterpa isu, antara lain isu banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia, khususnya dari Cina.

“Di negara kita seluruh tenaga kerja asingnya tidak ada 1% dibanding jumlah penduduk kita.  Bandingkan dengann Uni Emirat Arab yang jumlah tenaga kerja asingnya mencapai 83%, di Saudi Arabia 23%,” ujar presiden, itupun sebagian besar tenaga kerja dari Indonesia.

Dalam temu ulama yang dipandu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Presiden juga mengungkapkan bahwa dirinya kerap dikatakan disetir asing dan disangkutpautkan dengan PKI.

“Keluarga saya muslim semuanya. Silakan tabayyun ke Solo tapi biaya sendiri-sendiri,” ujar presiden disambut tawa para hadirin.

“Saya orang kampung, saya bukan orang politik. Bukan dari keturunan ningrat politik juga. Saya tetap sabar, tapi sambil menjawab,” ujar presiden.

Pertemuan ini ditutup dengan shalat Isya berjamaah. Selanjutnya, Presiden bersama para ulama beranjak ke Istana untuk melaksanakan peringatan Maulid Nabi.

Pada peringatan Maulid Nabi tahun ini, ulama yang tengah viral di media sosial dan kerap disapa Gus Muwaffiq didaulat menyampaikan siraman rohani mengenai perjalanan Nabi Muhammad dalam menyebarkan ajaran Islam. Ia menggambarkan betapa beragamnya karakteristik umat yang dihadapi nabi saat itu.

“Rasulullah begitu berharap bagaimana umat kembali kepada Allah,” ujarnya mengawali siraman rohani di Istana Bogor, Rabu (21/11) malam.

Ulama NU asal Yogyakarta ini menggambarkan bahwa Rasulullah menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara sederhana, seperti ketika rasul mengajak Sayidina Ali agar shalat dengan iming-iming akan mendapatkan sorban dan boleh memilih warna sorban yang ia kehendaki. Ketika selesai shalat Syaidina Ali berkata bahwa ia menginginkan sorban berwarna hijau. Maka, Rasul mengatakan bahwa Sayidina Ali tidak khusu’ dalam beribadah, karena ketika shalat ia memikirkan sorban. Setelah itu, Sayidina Ali semakin memperbaiki shalatnya sampai suatu saat kaki Sayidina Ali dipanah ketika shalat namun tidak merasakan sakit.

Dalam ceramahnya, Gus Muwaffiq juga mengajak agar masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang besar, dengan berbagai latar belakang budaya yang dimiliki, tidak mudah mengkafir-kafirkan.

“Meski ada jarak waktu dan ruang yang sangat panjang antara Rasul dan umat Islam saat ini,  namun jika dapat dipahami dengan sangat sederhana, maka Insya Allah Islam di Indonesia akan tetap menjadi Islam yang ramah, Islam yang tidak kasar, Islam yang baik, mampu mengayomi seluruh manusia yang berbeda-beda, seperti Rasulullah yang anittum harisun alaikum bil mu’minina rauufurrahiim,” pungkasnya.

Selain Presiden Joko Widodo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Panglima TNI Hadi Tjahjanto, tampak hadir dalam acara itu sejumlah pejabat dan pimpinan lembaga negara, duta besar negara sahabat, ulama, santri dan mahasiswa PTIQ Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *