Sekjen Kemenag Berharap Para Penyuluh Agama, Guru, dan Dosen Bisa Berperan Sebagai Detektor Dini Permasalahan Keagamaan

Jakarta, IniOnline.id – Sekjen Kemenag Nur Syam berharap para penyuluh agama, guru, dan dosen bisa berperan sebagai detektor dini permasalahan keagamaan. Hal ini disampaikan Nur Syam saat mewakili Menag Lukman menjadi pembicara pada Indonesian Institute for Society Empowerment (INSEP) di Jakarta, Kamis (26/04).

Sejumlah narasumber hadir, antara lain: Staf Ahli Kepolisian Repubik Indonesia Irjen Pol. Dr. Gatot Eddy Pramono, MSi, dan Prof. Ahmad Syafii Mufid. Acara ini terselenggara berkat kerjasama IISEP dengan Kepala Badan Diklat Kementerian Agama DKI Jakarta dan Department of Foreign Affairs and Trade, Australia.

Hadir mewakili Embassy of Australia, ialah Mrs. Keara Shaw, First Secretary (Political). Kegiatan ini menghadirkan para penyuluh agama, khotib, guru agama dan dosen di Jakarta, serta utusan dari Poso, Solo dan daerah lainnya.

Menurut Nur Syam, para penyuluh agama, khotib, pengurus masjid, guru agama dan dosen adalah wajah depan agama Islam di Indonesia. Mereka semua adalah wajah Kemenag yang terdepan. Di tangan mereka, Islam yang rahmatan lil alamin atau Islam wasathiyah tersebut terdapat profilnya.

“Mereka adalah juru penerang agama yang seharusnya memiliki mind set untuk terus membangun Islam yang wasathiyah ini. Islam yang tidak hanya memberikan keselamatan dan kedamaian kepada umat Islam saja akan tetapi juga kepada semua umat,” ujarnya.

“Di tangan mereka ini, Islam yang kita cita-citakan bersama akan mengeksis di dalam kehidupan masyarakat. Makanya, kita sungguh berharap agar para juru penerang agama dalam berbagai fungsinya itu dapat menjadi detector dini terhadap masalah-masalah keagamaan. Kita berharap agar jika ada masalah-masalah keagamaan maka merekalah yang harus tahu terlebuh dahulu,” sambungnya.

Nur Syam menambahkan bahwa Kemenag terus mengembangkan gerakan Islam moderat dalam paket program Moderasi Agama. Menteri Agama dalam banyak kesempatan menyampaikan tema-tema moderasi agama yang ke depan akan menjadi tema utama keberagamaan bangsa Indonesia. “Makanya, yang kita harapkan ialah Islam yang moderat, Hindu yang moderat, Buddha yang moderat, Kristen yang moderat dan Katolik yang moderat serta Khonghucu yang moderat,” tuturnya.

“Jika kita bisa lakukan aksi dalam konteks seperti ini, dari halaqah ke harakah, maka semua berkeyakinan bahwa radikalisme tidak tumbuh subur di negeri ini,” tandasnya. (kemenag/na)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *