Seleksi Pendidikan Doktor Diperancis

Jakarta, IniOnline.id — Kementerian Agama tahun ini akan membuka seleksi untuk pendidikan doktor pada perguruan tinggi di Perancis. Peluang beasiswa pendidikan ini akan diperuntukan bagi dosen dan calon dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).

“Diusahakan setidaknya ada 30 (tiga puluh) dosen atau calon dosen di bidang sains dan teknologi pada PTKI yang akan diberikan beasiswa ke Perancis untuk program doktor,” kata Direktur Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Arskal Salim di Jakarta, Senin (22/01).

Menurut Arskal, pihaknya baru saja menggelar rapat dengan Kedutaan Perancis. Hadir dalam kesempatan ini, Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, pengelola program 5000 doktor, serta Kasubag TU dan para kepala seksi Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Sementara di pihak Kedutaan Perancis, hadir Atase Saintek IFI-Kedutaan Perancis Nicolas Gascoin dan penanggung jawab cabang IFI-Kedutaan Perancis di Jakarta Syarah H. Andriani.

“Sebelum mereka diberangkatkan, calon peserta akan dibekali dengan kemampuan bahasa Perancis selama 3-4 bulan di Indonesia sehingga pada saatnya di Perancis calon peserta tidak mengalami kendala bahasa,” terang Arskal.

Selain beasiswa pendidikan, Kementerian Agama beserta Kedutaan Perancis bersepakat juga akan melakukan penelitian kolaboratif bidang sains dan teknologi (saintek) pada tahun 2018. Menurut Arskal, penelitian kolaboratif ini akan memberikan kesempatan kepada para dosen Perguruan Tinggi Kegamaan Islam (PTKI) yang mengajukan proposal penelitian di bidang sains dan teknologi. Proposal yang masuk akan diseleksi oleh tim review yang terdiri dari perwakilan Diktis dan Kedutaan Perancis. Proses seleksi dilakukan untuk memastikan penelitian yang akan dibiayai tepat sasaran dan tepat guna.

Arskal menilai, bidang sains dan teknologi di PTKI masih perlu didorong agar memiliki keunggulan dan karakternya yang khas. “Lebih-lebih, integrasi keilmuan di lingkungan PTKI untuk bidang sains dan teknologi perlu diafirmasi dengan sejumlah program yang tepat,” paparnya.

Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Suwendi berharap kolaborasi dengan Kedutaan Besar Perancis juga nantinya dapat menjangkau pada penguatan jurnal internasional. Menurutnya, Diktis saat ini memiliki Mora.Ref yang menjadi barometer indeks jurnal keagamaan di Indonesia.

“Kami ingin, jurnal yang terindeks secara internasional itu juga ada di Indonesia. Diharapkan Mora.Ref dapat menjadi indeks jurnal keagamaan, setidaknya untuk kawasan Asia Tenggara,” harap Suwendi. (kemenag/na)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *