Sekjen Kemenag Tutup Swayamvara Tripitaka Gatha

Magelang (- Swayamvara Tripitaka Gatha (STG) Nasional ke 10 di Magelang telah usai. Ajang lomba membaca dan memahami Tripitaka ini ditutup oleh Sekjen Kemenag Nur Syam pada Sabtu, 5 November 2017.

Diikuti oleh 1.300 peserta dari 32 Provinsi se Indonesia, acara yang berlangsung sejak 1 November 2017 ini dibuka oleh Menag Lukman Hakim Saifuddin di Candi Borobudur.

Seremonial penutupan dihadiri Bikkhu Jatidammo Mahathera, Bikkhu Wongsin Labbiko Mahathera dan Bikkhu Sangha lainnya. Tampak hadir juga, Dirjen Bimas Buddha, Caliadi, Kakanwil Kemenag Jawa Tengah Farhani, Kakanwil Kemenag DIY Ahmad Luthfi, Ketua Lembaga Pengembangan Tripitaka Gatha Arief Harsono, dan Mahapandita Suhadi.

Sekjen mengapresiasi penyelenggaraan ajan dua tahunan tersebut. Menurutnya, STG Nasional bisa menjadi ajang saling bertemu, berkenalan, dan memadu persahabatan umat Buddha.

“Swayamvara Tripitaka Gatha bisa menjadi arena berkompetisi tetapi berbasis pada persahabatan atau perkawanan. Dalam ajang ini, peserta sayembara dari Aceh bisa bertemu dengan peserta dari Papua dan seterusnya. Semua tentu akan menggambarkan betapa di antara mereka memiliki kesepahaman tentang arti pentingnya sahabat dan kawan,” ujarnya di Magelang, Sabtu (05/11).

STG Nasional juga menjadi ajang membangun kebersamaan. Seluruh peserta kumpul dalam semangat kesetaraan, kebersamaan, toleransi, dan kerjasama.

Terpenting, kata Nur Syam, STG Nasional juga bisa menjadi sarana mengetahui kualitas pembelajaran dan pemahaman kitab suci dari seluruh daerah di Indonesia. “Kita akan tahu sejauh mana kualitas pembacaan dan pemahaman tentang Tripitaka di antara kita. Melalui swayamvara Tripitaka Gatha ini, akan diketahui sampai sejauh mana pembinaan agama yang kita lakukan,” tuturnya.

Nur Syam mengapresiasi terus berkembangnya pembelajaran kitab suci yang dilakukan para ahli. Menurutnya, pengajaran dari para pandita dan Bikkhu sangat penting agar umat Buddha mendapatkan pemahaman akan kitab sucinya dari ahlinya. “Marilah anak-anakku, kita belajar agama pada guru atau tokoh agama yang benar-benar mengajarkan agama dalam konteks perdamaian dan keselamatan untuk menuju kepada kebahagiaan,” ajaknya.

Nur Syam mengajak umat Buddha untuk menciptakan kerukunan intern dan antar umat beragama. Menurutnya, dalam setiap ajaran agama dan antar agama dipastikan ada persamaan dan perbedaan. Untuk itu, diperlukan sikap saling memahami, toleransi, dan kerja sama. “Jangan jadikan perbedaan sebagai kelemahan tetapi kita jadikan sebagai kekuatan,” tandasnya. (kemenag/na)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *