Inionline.id – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan kerja keras selama pandemi Corona hancur karena kerumunan yang terjadi dalam satu pekan. Satgas COVID-19 mengatakan kerumunan yang ditimbulkan massa Habib Rizieq Syihab itu harus dijadikan pembelajaran.
“Pada umumnya Satgas sangat menyayangkan terjadi kerumunan-kerumunan yang pada beberapa waktu lalu siapapun yang menyelenggarakannya,” kata Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito kepada wartawan, Senin (23/11/2020).
“Kami berharap kejadian lalu dapat kita jadikan pelajaran untuk bisa melakukan antisipasi yang lebih baik lagi,” sambungnya.
“Saat ini fokus Satgas COVID-19 terkait isu tersebut adalah melakukan koordinasi dengan Dinkes setempat untuk memasifkan testing dan tracing untuk segera deteksi maupun perawatan secara dini,” jelasnya.
Wiku menegaskan bahwa pandemi Corona bukanlah tanggung jawab satu kelompok saja, namun butuh kerja sama semua pihak untuk melakukan pencegahan.
“Penanganan pandemi bukan tanggung jawab satu atau beberapa institusi saja tapi perlu pendekatan pentahelik,” kata Wiku.
Untuk diketahui, Wasekjen MUI Nadjamuddin Ramly menyayangkan adanya kerumunan di tengah perjuangan menekan angka kasus Corona. Ramly menyebut kerumunan itu menghancurkan kerja keras selama 10 bulan.
“Kita sangat menyesalkan, kerja keras sepuluh bulan dihancurkan oleh kegiatan-kegiatan kerumunan dalam satu pekan terakhir,” ujar Ramly, dalam keterangan tertulis, Senin (23/11).
MUI, kata Ramly, berkomitmen mendukung dan meminta Satgas mengedepankan aksi penyelamatan jiwa manusia.
“Umat Islam tahu betul, untuk dan atas nama penyelamatan jiwa manusia, yang wajib pun bisa diringankan. Wajib salat Jumat di masjid bisa dilakukan di rumah. Idul Fitri di lapangan, bisa di rumah. Wajib merapatkan saf saat salat berjemaah, bisa diatur menjadi berjarak. Itu semua atas nama dan demi penyelamatan manusia. Dalilnya pun jelas, baik dalil naqli maupun dalil aqli. Baik yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis maupun pemikiran ulama,” tegasnya.