Soal Mahal dan Langka Beras Meski di Sentra Produksi, Bulog Buka Suara

Headline, Nasional857 views

Inionline.id – Soal kelangkaan serta kenaikan harga beras di sejumlah gerai ritel di kawasan sentra produksi beras belakangan ini, Perum Bulog buka suara.

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkap masalah itu dipicu panen raya yang telat.

Menyikapi masalah itu, Bayu menyatakan Bulog menggelontorkan komoditi pangan murah melalui program Bulog Siaga (Aksi Amankan Harga) mulai Selasa (20/2). Program ini dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.

“Kegiatan ini merupakan respons konkrit Bulog terhadap keresahan masyarakat yang secara umum terdampak kenaikan harga beras yang terjadi beberapa waktu belakangan ini sehingga masyarakat tidak lagi mengalami kesulitan untuk memperoleh komoditi pangan murah,” jelasnya melalui keterangan resmi.

Bulog Siaga akan menjual beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), beras premium dan komoditas pangan lainnya secara langsung kepada masyarakat sebagai bentuk intervensi langsung penyediaan komoditi kepada konsumen.

“Program ini dilaksanakan guna mendekatkan pasokan beras dan pangan lainnya kepada masyarakat. Adapun lokasi pelaksanaan program ini diutamakan di pemukiman padat penduduk yang langsung menyasar konsumen akhir seperti rumah susun (rusun), kantor kelurahan, kantor kecamatan, kawasan industri dan lainnya” tambah Bayu.

Lebih lanjut, Bayu menekankan di samping melaksanakan penugasan pemerintah seperti penyaluran bantuan pangan serta melaksanakan program SPHP, Bulog juga merasa perlu melakukan intervensi langsung untuk penyediaan beras ke masyarakat melalui kegiatan Bulog Siaga ini.

“Untuk meredam gejolak harga beras, di samping melaksanakan bantuan pangan beras ke 22 juta KPM (keluarga penerima manfaat), Bulog juga tengah gencar menggelontorkan beras SPHP ke seluruh saluran distribusi yang ada. Bulog Siaga ini merupakan bentuk intervensi lainnya yang dilakukan oleh Bulog untuk mengurangi kontraksi harga yang ada, sehingga secepat mungkin diharapkan dapat menurunkan tensi harga beras di pasaran”, tegasnya.

Kelangkaan beras terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Salah satunya di Indramayu, Jawa Barat. Salah satu warga bernama Handayani mengaku kesulitan mendapatkan beras di ritel modern.

Alhasil, ia harus membeli beras di pasar tradisional meski dengan harga yang mahal.

“Baru beli minggu kemarin ya harganya sudah Rp170 ribu per 10 kilogramnya. Kaget juga harganya naik lagi. Untuk sekarang enggak tahu berapa harganya,” kata Handayani, dikutip detikcom, Selasa (21/2).

Ia mengatakan saat ini pedagang juga kesulitan mencari pasokan beras untuk dijual.

“Mungkin itu ya penyebab naiknya harga beras,” katanya.

Keluhan soal kelangkaan juga disampaikan Herman, pedagang nasi padang di Indramayu. Sudah sebulan terakhir ia sulit mendapatkan beras sehingga harus mengurangi porsi nasi di dagangannya.

“Iya dikurangi sedikit porsi nasinya. Biar bisa dapat untung,” ungkap Herman.

Biasanya Herman membeli beras medium seharga Rp12.500 per kilogram. Namun kini harganya naik ke Rp15.500 per kg.

Kelangkaan beras Indramayu menjadi ironi karena daerah tersebut dikenal sebagai lumbung padi nasional. Kabupaten itu dinobatkan sebagai daerah penghasil padi terbesar di Jawa Barat (Jabar).