Gaya Anies Jadi Oposisi di Debat Capres, Kritik IKN hingga Ordal

Politik1457 views

Inionline.id – Dalam debat pertama capres digelar KPU Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan kerap kali melancarkan kritik terhadap pelbagai keputusan yang dikeluarkan oleh eksekutif, legislatif dan yudikatif , Selasa (12/12) malam.

Salah satu yang dikritik Anies adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan alasan masih banyak masalah di DKI Jakarta.

Tak hanya IKN, Anies juga menyoroti fenomena orang dalam alias ‘ordal’ saat menanggapi jawaban capres nomor urut 2 Prabowo Subianto.

Tanggapan Anies terhadap Prabowo terkait pertanyaannya soal perasaan Prabowo terkait masalah etika dalam putusan Mahkamah Konstitusi yang meloloskan kandidat capres-cawapres di bawah usia 40 tahun. Putusan ini kemudian berimbas pada putra Presiden Jokowi Gibran Rakabuming Raka yang belum berusia 40 tahun dapat maju sebagai cawapres Prabowo.

“Fenomena ordal ini menyebalkan. Di seluruh Indonesia kita menghadapi fenomena ordal,” ujar Anies.

“Mau ikut kesebelasan ada ordal, mau masuk jadi guru ordal, mau daftar sekolah ada ordal, mau tiket konser ada ordal. Ada ordal di mana-mana yang membuat meritokratik tidak berjalan dan etika luntur,” tambahnya.

Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menganggap Anies kerap melontarkan narasi-narasi kritik untuk mencitrakan diri sebagai figur oposisi.

“Dia berupaya memperkuat citra diri sebagai figur yang menjadi oposisi. Artinya dengan kritisi itu sebagai bentuk bertindak sebagai oposisi,” kata Wasis, Selasa.

Melalui cara itu, Wasis mengatakan Anies sekaligus ingin menjaring segmen pemilih kritis dan pemilih yang kurang puas dengan kondisi pemerintahan saat ini. Baginya, segmen pemilih ini masih signifikan untuk mendongkrak suara Anies di Pilpres.

“Memang untuk menjadi corong suara dari pemilih yang memang apa yang disampaikan menjadi cerminan suara publik yang kritis dengan pemerintah. Artinya ini kan ceruk pemilih yang ditarget Anies,” ucapnya.

Wasis beranggapan pelbagai lontaran kritik itu akan menjadi ciri khas yang lekat dengan Anies. Ia pun mempercayai Anies akan melontarkan pelbagai kritik-kritik lain dalam debat-debat berikutnya.

“Ini akan menjadi semacam simbol atau trademark Anies ke depan, karena memang sejak debat perdana ini Anies sudah memainkan di situ,” kata dia.

Selain Anies, Wasis turut menyoroti Prabowo kerap kali mengeluarkan narasi bernuansa patriotik dalam debat perdana. Ini terlihat dalam kalimat yang dilontarkan Prabowo seperti ‘saya rela mati untuk bangsa dan negara’ hingga ‘perjuangan yang sangat panjang untuk merdeka’.

“Narasi patriotik, cinta tanah air yang memang itu trademark-nya Prabowo ya,” kata dia.

Sementara Ganjar dinilai Wasis kerap kali dilekatkan dengan kelompok-kelompok marginal yang terpinggirkan. Salah satunya terlihat dari pernyataan Ganjar di debat perdana yang sempat menyinggung afirmasi terhadap kelompok-kelompok rentan yang butuh perhatian lebih.

“Dia lebih menyinggung soal kesejahteraan dan Ganjar disini memposisikan diri sebagai suara wong cilik. Karena memang di sini Ganjar memainkan corong suara marginal dan selama ini memang tak tertangkap,” kata Wasis.