Yulion Pernah Jadi Kuli Aduk Semen Demi Bayar SPP Kini Jadi Duta Penggerak Literasi

Pendidikan2457 views

Inionline.id – Orang tua Yulion Mirin mencari nafkah dengan berkebun untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.  Yulion mengatakan, hasil berkebun yang dikerjakan ayahnya hanya cukup untuk menutup kebutuhan makan, tidak lebih.

“Orang tua saya berkebun untuk makan sehari-hari, bisa dibilang orang tua saya tidak ada penghasilan sama sekali,” kata Yulion, siswa kelas XII SMAN I Melaya, Jembrana, Bali, salah satu penerima beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM), saat ditemui di Kantor Dinas Pendidikan kabupaten Bangli, Bali.

Beasiswa ADEM adalah beasiswa yang diberikan kepada Peserta Didik yang tinggal dan berasal dari Wilayah Papua, Daerah Khusus dan Repatriasi untuk melanjutkan pendidikan menengah.

Menjadi Kuli Bangunan

Bahkan pernah dalam satu masa, di kelas 1 SMP, Yulion mengisi waktu menjadi kuli aduk semen untuk membantu orang tuanya membayar biaya sekolah.  “Meski masih SMP kelas 1, waktu itu badan saya sudah bongsor, jadi ada teman saya mengajak untuk bantu-bantu di proyek bangunan, jadi pengaduk semen,” kata Yulion.

Kala itu, ia mendapatkan total upah dari kerjanya sebesar Rp2 juta. “Uang itu langsung saya bayarkan untuk SPP selama tiga tahun sekaligus, jadi sampai kelas 3 SMP ke depan. Waktu itu saya kerjakan aduk semen di saat-saat libur,” ujar alumnus SMP 2 Arso, Keerom Papua itu.

Jadi Duta Inisiatif dan Literasi

Sebagai penerima beasiswa ADEM, sosok Yulion juga sangat menginspirasi anak muda.  Di usia belia ini, Yulion sudah terpilih menjadi Duta Inisiatif dan Penggerak Literasi perwakilan Papua tahun 2023.

Menurut Yulion, berdasarkan sebuah penelitian di 2021, Indonesia mengalami darurat literasi, literasi, sehingga masyarakat Indonesia sangat rentan terlebih lagi di tengah penggunaan gawai membuat minat baca di Indonesia semakin berkurang.

Selain itu berkurangnya minat baca juga disebabkan karena fasilitas yang kurang memadai. “Saya harus berkontribusi memajukan dalam memajukan literasi di Indonesia, mulai dari diri saya sendiri, teman-teman di antara saya dan di provinsi Papua,”

Aktifitas Yulion di dunia literasi berawal dari keaktifannya mengikuti sejumlah seminar dan webinar.  Rupanya, sejumlah forum yang ia ikuti ini membawanya untuk mengenal banyak teman dari luar Papua.

Tidak hanya memperluas jaringan, ternyata serangkaian kegiatan itu juga menambah wawasan dan cakrawalanya.  “Di Papua itu literasi dan pendidikan belum maju, dari penggerak literasi ini saya kembangkan sejumlah program. Karena saya melihat semangat belajar anak-anak Papua itu tinggi, tapi memang kurang fasilitas,” jelas anak ketiga dari empat bersaudara ini.

Yulion yang juga aktif di pencak silat ini mendapatkan beasiswa sejak lulus SMP, yakni beasiswa ADEM. Ia mengikuti seleksi beasiswa ADEM di Papua, dengan pilihan awalnya adalah ingin bersekolah di Yogyakarta.

“Tapi puji Tuhan dapat di Bali, sebelumnya saya belum pernah ke Bali. Sekolah di Bali ini pun lancar jaya, tidak ada kendala berarti,” terang Yulion yang kini sudah dapat memahami bahasa Bali tersebut.

Kendala kecil hanya ia dapatkan ketika harus memahami teman-temannya menggunakan bahasa Bali ketika pertama kali sekolah di Pulau Dewata ini. Namun berkat bimbingan para guru, lambat laun ia pun dapat mencairkan kendala bahasa tersebut.

Hal lain yang Yulion syukuri adalah ketika ia mendapatkan uang biaya hidup dari program beasiswa ADEM sebesar Rp2 juta setiap bulannya.  Uang ini ia gunakan untuk membayar biaya tempat tinggal atau indekos, kemudian biaya makan, dan keperluan sekolah lainnya

“Saya belum pernah menerima uang sebanyak itu, sisa dari uang itu masih bisa saya tabung untuk membiayai program literasi saya,” jelas Yulion.

Yulion adalah penggagas program Alat Tulis untuk Kawan di Pedalaman Papua. “Karena dananya terbatas dan pakai uang saya sendiri, saya belikan alat tulis gratis untuk anak-anak, targetnya di Papua,” ujarnya.

Jadi Duta Penggerak Literasi, Yulion Pernah Jadi Kuli Aduk Semen Demi Bayar SPP
Kini, Yulion berharap ke depannya ia dapat meraih beasiswa ADik (Afirmasi Pendidikan Tinggi). Beasiswa ADik adalah salah satu intervensi kebijakan pendidikan yang bersifat afirmasi dalam bentuk Bantuan Pemerintah untuk memberikan kesempatan belajar kepada mahasiswa karena kondisi dan keberadaanya sehingga mengalami kesulitan dan keterjangkauan jenjang akses pendidikan tinggi.

Ia bercita-cita dapat melanjutkan kuliah dan mengambil jurusan Kesehatan Masyarakat. “Saya ingin dapat berkeliling di kampung saya, mengajak masyarakat untuk hidup sehat,” terangnya.

Selain itu, Yulion juga tertarik untuk mengambil jurusan manajemen pendidikan. “Bukan untuk jadi guru, tapi untuk mengelola pendidikan di Papua. Kalau jurusan manajemen pendidikan saya mau ambil di Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha), kalau Kesehatan Masyarakat mungkin mau ambil di UGM (Universitas Gadjah Mada),” beber siswa yang bercita-cita jadi pemimpin ini.

Sekilas tentang Beasiswa ADEM?

?Afirmasi Pendidikan Menengah disingkat Bantuan ADEM adalah program bantuan pemerintah yang diberikan kepada lulusan peserta didik SMP/MTs sederajat untuk melanjutkan pendidikan menengah SMA/SMK yang berasal dari Orang Asli Papua (OAP), Daerah Khusus, dan Repatriasi melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaraan, Riset dan Teknologi yang dikelola oleh Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan atau Puslapdik.

Pemerintah Pusat dan Daerah adalah pihak yang memiliki kewajiban memberikan layanan, kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, Puslapdik pada 2023 mengalokasikan Bantuan Program ADEM wilayah Papua, Daerah Khusus dan Repatriasi. Pada tahun sebelumnya, Siswa Program ADEM menempuh pendidikan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten, Bali Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Riau, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan.

Syarat Umum Program ADEM

  1. Warga Negara Indonesia.
  2. Surat Keterangan sehat jasmani yang masa berlakunya paling lama 6 (enam) bulan, dan dikeluarkan oleh dokter dari rumah sakit/puskesmas/klinik.
  3. Belum berusia 22 (dua puluh dua) tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan.
  4. Memiliki surat persetujuan orang tua/wali bermaterai 10.000.
  5. Membuat surat kesediaan bermaterai 10.000 untuk melanjutkan pendidikan pada SMA/SMK.

Syarat Khusus Program ADEM Wilayah Papua

  1. Orang Asli Papua (OAP).
  2. Memiliki ijazah atau surat keterangan lulus dari sekolah lulusan SMP/MTs sederajat.
  3. Memiliki akta kelahiran atau surat keterangan lahir dari pejabat yang berwenang.
  4. Memiliki kartu keluarga atau surat keterangan keluarga dari pejabat yang berwenang.

Syarat Khusus Program ADEM Daerah Khusus

  1. Berada di Daerah Khusus yang ditetapkan oleh Puslapdik
  2. Memiliki ijazah atau surat keterangan lulus dari sekolah lulusan SMP/MTs sederajat
  3. Memiliki akta kelahiran atau surat keterangan lahir dari pejabat yang berwenang
  4. Memiliki kartu keluarga atau surat keterangan keluarga dari pejabat yang berwenang

Syarat Khusus Program ADEM Repatriasi

  1. Warga Negara Indonesia yang berada di Sabah dan Serawak
  2. Memiliki ijazah atau surat keterangan lulus lulusan Community Learning Centre (CLC) tingkat SMP/MTs di Malaysia
  3. Memiliki akta kelahiran (tidak wajib)
  4. Memiliki kartu keluarga atau surat keterangan keluarga (tidak wajib)