Titik Panas Karhutla di Indonesia Hari Ini

Berita157 views

Inionline.id – Sejumlah wilayah di Indonesia masih memiliki titik panas atau hotspot yang menjadi indikasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Titik panas ini kerap kali dijumpai di wilayah yang rawan karhutla dengan kategori rendah hingga tinggi.

Berdasarkan data Sipongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diakses per Senin (9/10) pagi, dalam 12 jam terakhir terdapat 168 titik panas.

Satelit NASA-TERRA/AQUA itu mencatat ada 33 titik panas tinggi, 121 titik panas sedang, dan 14 titik panas rendah. Selanjutnya NASA-SNPP mencatat ada 362 titik panas sedang. Sementara itu, NASA-NOAA20 mencatat ada 296 titik panas yang terdiri dari 295 titik panas sedang dan 1 titik panas tinggi.

Data tersebut mengalami penurunan dibandingkan data sebelumnya dalam situs yang sama untuk rentang waktu 24 jam terakhir. Dalam 24 jam terakhir, ada 377 titik panas oleh NASA-TERRA/AQUA, 1453 titik panas oleh NASA-SNPP, dan 1840 titik panas oleh NASA-NOAA20.

Sementara itu, mengutip dari Antara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mencatat 220 titik panas yang tersebar pada delapan kabupaten di Riau pada Senin ini.

Hotspot terbanyak di Riau berada di Inderagiri Hulu sebanyak 182 titik, Senin.

Prakirawan BMKG Pekanbaru, Bibin S menyampaikan daerah lainnya yang terdapat titik panas yakni Kabupaten Inderagiri Hilir 15, Kuantan Singingi sembilan, Pelalawan delapan, Bengkalis dan Kampar masing-masing dua serta Siak dan Kepulauan Meranti satu.

“Titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi ada 13 di Inhu. Tersebar di Seberida, Rengat, Batang Cenaku, dan Peranap,” katanya.

Untuk cuaca pada Senin pagi udara kabut dan cerah berawan. Potensi hujan dengan intensitas ringan bersifat lokal hanya terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Rokan Hulu.

Jumlah di Provinsi Riau tersebut merupakan bagian dari 1.816 titik panas yang terdeteksi di Pulau Sumatra. Hotspot paling banyak masih terdeteksi di Sumatera Selatan sebanyak 1.196 titik panas disusul Riau 220 titik.

Provinsi lainnya Jambi sebanyak 150 titik panas, Lampung 115, Sumatera Barat 75, Bangka Belitung 45, Bengkulu delapan, Sumatra Utara empat, dan Kepulauan Riau tiga.

Jumlah titik panas di Sumatera pada Senin ini meningkat dibandingkan yang terdeteksi pada Minggu pagi (8/10). Saat itu titik panas berjumlah 1.419 dengan yang terbanyak masih Sumatra Selatan sebanyak 1.015.

Untuk Riau pada Minggu (8/10) pagi terdeteksi 60 titik panas dengan yang terbanyak di Kabupaten Inhu sebanyak 47. Lainnya di Kabupaten Inhil tujuh, Kuansing dan Pelalawan masing-masing tiga.

Sementara untuk kualitas udara di Kota Pekanbaru berada pada kategori sedang. Berdasarkan pemantauan konsentrasi partikulat PM 2.5 Kota Pekanbaru bahkan pada pukul 09.00 menyentuh angka 38 mikrogram per meter kubik.

Di pulau lain, BMKG Stasiun Balikpapan mendeteksi sebanyak 317 titik panas yang tersebar pada tujuh kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

“Ke-317 titik panas tersebut terpantau sepanjang Sabtu (7/10) mulai pukul 01.00 hingga 24.00 WITA,” ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman – Sepinggan BMKG Stasiun Balikpapan, Diyan Novrida, Minggu (8/10).

Jumlah titik panas sebanyak ini mengalami penurunan ketimbang sehari sebelumnya yang tercatat ada 381 titik panas.

Titik panas merupakan indikator kebakaran hutan atau lahan (karhutla) yang terdeteksi dari suatu lokasi dimana suhu relatif tinggi dibandingkan dengan suhu di sekitarnya.

Tujuh kabupaten yang terdeteksi 317 titik panas ini adalah di Kabupaten Paser (101), Penajam Paser Utara (10), Kutai Barat (40), Kutai Timur (52), Kutai Kartanegara (55), dan Berau (43), dan Mahakam Ulu terdeteksi (15).

“Sebaran per kabupaten antara lain di Penajam Paser Utara yang terpantau 10 titik, tersebar di dua kecamatan yakni Kecamatan Babulu terdapat sembilan titik, sedangkan sisanya yang satu titik berada di Kecamatan Waru,” kata dia.

Catatan kekinian BNPB soal kejadian karhutla

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat beberapa kabupaten/kota yang mengalami karhutla. Beberapa kebakaran itu masih dalam proses pemadaman dan penyebabnya belum diketahui.

Salah satunya, BNPB mencatat akhir pekan lalu terjadi karhutla di Desa Pagar Bulan, Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Penyebab karhutla itu masih dalam penyelidikan.

Tidak hanya itu, Karhutla juga terjadi di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur sejak Jumat lalu (6/10) pada pukul 12.30 WIB. Titik api berasal dari lereng perbukitan Goa Pinus milik Perhutani dan merembet dengan cepat karena hembusan angin yang kencang.

Dalam periode yang sama, beberapa wilayah yang mengalami karhutla adalah Bone, Sulawesi Selatan; Majalengka, Jawa Barat; Sragen, Jawa Tengah; Seruyan, Kalimantan Tengah; dan Tanjung Jabung Barat, Jambi.

Peningkatan Titik Panas Karhutla

Sebelumnya, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dewanti menyatakan peningkatan signifikan itu tak lepas dari efek fenomena El Nino yang masih melanda Indonesia hingga sekarang.

“Kami sampaikan kalau kita bandingkan kondisi hotspot 7 Oktober tahun 2023 ini dengan kondisi pada tahun 2022, memang berdasarkan [satelit] TERRA/AQUA atau NASA dengan level confidence yang tinggi, terdapat 7.307 titik,” ujar Laksmi dalam konferensi pers di Gedung KLHK, Jakarta Pusat, Sabtu lalu (7/10).

Sepanjang 2023 ini disebut titik panas karhutla mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan setahun sebelumnya.

Untuk kekinian, Laksmi juga mengatakan ada tujuh provinsi di Indonesia yang menetapkan siaga darurat karhutla, yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

Penetapan status siaga darurat itu disebut sebagai upaya pemerintah daerah untuk ikut terlibat dalam penanganan karhutla yang melanda wilayah masing-masing.

“Ini menunjukkan bahwa bukan hanya pemerintah pusat, dalam hal ini KLHK dan lembaga-lembaga yang terkait, tetapi pemerintah daerah juga sudah melakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan,” kata Laksmi.