Tapi Kadoku Jadi Kampung Adat Berbasis Narasi Digital Pertama di Sumba

Pendidikan557 views

Inionline.id – Kampung Kadoku di Sumba Barat menjadi salah satu wilayah yang belum dialiri listrik. Meski begitu, kampung adat ini menjadi satu-satunya di Pulau Sumba yang telah dinarasikan secara digital.

Dosen Prodi Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FEB UI), Diah Kartini Lasman; dosen Prodi Rusia sekaligus Manajer Umum FIB UI, Hendra Kaprisma; dosen Prodi Indonesia FIB UI, Nazarudin; beserta dua mahasiswa Syifa Nurannisa dan Diajeng NRS membuat narasi digital Kampung Kadoku yang juga diterbitkan dalam bentuk QR Code.

Ini merupakan bagian dari Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat FIB UI di Kampung Kadoku, Kecamatan Wanokaka, Desa Weimangoma, Sumba Barat. Tim,
sepanjang Juli-Agustus beberapa kali mengunjungi kampung itu.

Legenda Kampung Kadoku

Kampung Kadoku merupakan salah satu kampung tradisional yang masih mempertahankan ritual-ritual adat dan tradisi lisan nenek moyang. Dalam kampung, terdapat 20 rumah tradisional yang dikenal dengan Uma Menara dan beratap menara dari alang-alang.

Uma Menara adalah rumah adat Sumba berarsitektur rumah panggung dari bambu dan papan kayu. Rumah utama di Kampung Kadoku bernama Uma Habei yang konon didirikan langsung oleh Ubu Uang, pendiri Kampung Kadoku.

Di dalam Uma Habei masih terdapat ukiran yang lazim disebut Habei. Ukiran ini masih dikenal sebagai ukiran pamali dan tidak boleh difoto atau dilihat oleh orang dari luar kampung Kadoku.

Pendirian Kampung Kadoku ini berkaitan dengan Legenda Lende Watu, yaitu runtuhnya jembatan batu yang menghubungkan Sumba dengan pulau lain. Tidak ada yang tahu dengan pasti mengenai pulau lain yang disebut dalam legenda ini.

Ada yang menduga pulau lain itu adalah Bima (Sumbawa), ada pula yang menduga pulai lain itu adalah Flores. Namun, jembatan batu karang yang disebut sebagai Lende Watu ini diyakini telah membawa banyak warga Sumba pergi dan tidak kembali.

Umbu Uang adalah pertapa suci dari dalam gua yang menguasai petir dan halilintar. Dengan kekuatannya, Umbu Uang menghancurkan Lende Watu. Setelah itu, Umbu Uang mendirikan Uma Habei di Kampung Kadoku yang hingga kini masih dapat kita lihat.

Warisan sastra dalam digital

Legenda yang menjadi warisan sastra lisan Sumba ini dinarasikan secara digital oleh Tim Pengmas FIB UI. Narasi budaya digital itu dibuatkan QR Code.

Lalu, QR Code ini ditempatkan di dalam desa adat yang dapat menjadi rujukan bagi wisatawan yang ingin mengetahui kisah asal-usul kampung ini. Mengingat sinyal di Sumba yang tidak selalu stabil, tim Pengmas FIB UI juga mencetak narasi budaya digital berbahasa Indonesia dan Inggris dalam poster yang ditempatkan di pintu masuk Kampung Kadoku.

Hal ini untuk mempersiapkan kampung adat Kadoku menjadi destinasi wisata berbasis digital pertama di Pulau Sumba. Hal tersebut diharapkan menjadi pilot project untuk kampung-kampung adat lainnya.

Pengmas FIB UI ini disambut baik Kepala Dinas Pariwisata Sumba Barat, Charles H Weru, dan Sekretaris Dinas Pariwisata Sumba Barat, Annisa Umar Bamualim.

“Narasi budaya digital sangat penting dalam pelestarian budaya dan juga dalam penentuan destinasi wisata berkelanjutan. Kita tidak mau turis hanya datang dan melihat bentuk kampung adat tanpa memahami esensinya. Hal inilah yang mendasari kegiatan kami,” ujar Ketua Tim Pengmas FIB UI, Diah Kartini Lasman.

Dia mengatakan ke depan Tim Pengmas FIB UI masih akan membuat narasi budaya digital untuk setiap Uma Menara yang ada di Kampung Kadoku. Sebab, baru diketahui dalam penelusuran, setiap Uma Menara memiliki nama, fungsi, dan kisah masing-masing dalam ritual adat Kadoku.

Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia.