Soal Isu Dugaan Kampanye LGBT yang Membuat Resah Publik, ITB Minta Maaf

Antar Daerah157 views

Inionline.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) meminta maaf atas kerisauan yang timbul imbas dugaan kampanye LGBT dalam formulir online kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) Tahun Ajaran 2023/2024 yang sempat viral di media sosial.

Sekretaris Institut ITB Widjaja Martokusumo mengatakan pihaknya bakal memperbaiki sejumlah hal dalam acara PMB. Ia ingin program penyiapan mahasiswa baru dalam bidang akademik dan kemahasiswaan menjadi lebih baik.

“ITB menyesali atas munculnya beberapa isu yang menjadi sorotan. Untuk itu ITB menyampaikan permohonan maaf atas segala kerisauan yang terjadi. Dalam hal ini, ITB memandang hal-hal tersebut sebagai bentuk perhatian dan masukan dari masyarakat,” ujar Widjaja dalam keterangannya, Selasa (22/8).

Widjaja mengatakan ITB berterima kasih dan senantiasa terbuka atas masukan, kritik atau saran dari seluruh pihak untuk perbaikan.

“ITB memastikan dalam pelaksanaan PMB tidak terdapat aktivitas yang mengarah kepada apa yang menjadi sorotan, dan secara langsung melakukan antisipasi melalui pembinaan secara internal dalam konteks pendidikan,” ujarnya.

Widjaja menyebut Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) berusaha menciptakan atmosfer akademik dan kemahasiswaan yang lebih baik.

ITB sebelumnya telah membantah dugaan kampanye LGBT dalam formulir online kegiatan PMB tersebut. Formulir itu memuat pilihan jenis kelamin perempuan, laki-laki, dan non-biner atau tidak mengidentifikasi jenis kelamin.

Tam hanya itu, terdapat pula narasi yang menyebut adanya orasi pelangi dalam susunan acara hingga pembatasan waktu salat magrib bagi mahasiswa baru ITB yang mengikuti OSKM tersebut.

“Tidak benar ada kampanye LGBT dalam formulir online kegiatan PMB ITB,” kata Direktur Kemahasiswaan ITB Prasetyo, Selasa (22/8) malam.

Ia menjelaskan ITB mengadakan pembekalan Penanggulangan Kekerasan Seksual (PPKS) kepada mahasiswa baru dalam PMB. Hal itu disebut sesuai dengan instruksi Kementerian.

Prasetyo mengklaim Satgas PPKS ITB mengeluarkan formulir pendataan sesuai kaidah dan norma dari kementerian.

Ia menjelaskan formulir yang menjadi sorotan itu bukan dikeluarkan pihak ITB, melainkan pihak mitra. Menurutnya, pihak kampus tidak mengetahui perihal formulir itu sebelum menjadi sorotan.

“Saat diketahui ada formulir yang jadi sorotan tersebut panitia PMB langsung minta untuk ditutup,” katanya.

Selain itu, Prasetyo juga menjelaskan narasi mengenai pawai pelangi yang turut viral. Prasetyo menilai hal itu terjadi karena mahasiswa salah memilih diksi.

“Soal pawai pelangi, saat itu sudah diganti jadi “pawai warna-warni” maksud panitia OSKM (Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB) kegiatan ini sudah tradisi dari OSKM sejak 2013 yang menggambarkan keberagaman kegiatan dan jurusan-jurusan yang ada di ITB. Jadi mahasiswa kami salah mengambil diksi kata pelangi. Bukan disamakan dengan pelangi konteks LGBT,” ujarnya.