Pidato Presiden Jokowi soal Ekonomi RI di Sidang Tahunan MPR 2023

Headline, Nasional557 views

Inionline.id – Saat Sidang Tahunan MPR Presiden Jokowi menyampaikan sejumlah hal terkait ekonomi Indonesia pada Rabu (16/8). Ia menyinggung beberapa hal mulai dari pembangunan infrastruktur hingga hilirisasi.

Terkait infrastruktur, ia merespons kritik dari beberapa kalangan terhadap pembangunan jalan tol yang dilaksanakan pemerintahannya. Kritikus itu menilai rakyat Indonesia sekarang lebih memerlukan makanan ketimbang jalan tol.

“Rakyat kan makannya nasi, international trust tidak bisa dimakan. Ya memang tidak bisa. Sama seperti jalan tol tidak bisa dimakan, ya memang,” kata Jokowi.

Jokowi tak mempersoalkan semua kritik itu. Justru ia malah senang dengan semua kritik yang diarahkan pada kebijakan pembangunan yang dilaksanakan pemerintahannya.

Ia juga tak mau menghabiskan energi untuk merespons kritik tersebut. Pasalnya, itu bisa jadi tidak produktif.

“Ini contoh menghabiskan energi untuk hal tidak produktif itu. Tapi enggak apa saya malah senang. Memang harus ada yang begini-begini, supaya lebih berwarna, supaya tidak monoton,” katanya.

Dalam pidatonya, Jokowi juga membahas hilirisasi. Ia menjelaskan Indonesia harus menjadi negara yang mampu mengolah sumber daya alamnya.

Menurutnya, memiliki kekayaan alam saja tidak cukup, negara juga harus mampu mengolahnya dengan memberikan nilai tambah dan kesejahteraan bagi rakyatnya.

“Kita tidak boleh menjadi bangsa pemalas yang hanya menjual bahan mentah kekayaannya. Tanpa ada nilai tambah, tanpa ada keberlanjutan,” tegas Jokowi.

“Saya ingin tegaskan bahwa Indonesia tidak boleh seperti itu. Indonesia harus menjadi negara yang mampu mengolah sumber dayanya, memberikan nilai tambah, dan menyejahterakan rakyatnya,” imbuhnya.

Jokowi menjelaskan hilirisasi yang diupayakan adalah hilirisasi yang berfokus pada transfer teknologi yang memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan, serta meminimalisir dampak lingkungan.

Upaya ini diwujudkan dengan mewajibkan perusahaan tambang membangun pusat persemaian untuk merehabilitasi lahan pasca tambang, sebagai langkah tanggung jawab terhadap lingkungan.

Lebih lanjut, hilirisasi tidak hanya akan terbatas pada komoditas mineral, tetapi juga komoditas non mineral seperti sawit, rumput laut, dan kelapa.

Jokowi menyebut dengan hilirisasi pendapatan per kapita RI bisa melesat dalam beberapa tahun ke depan. Berdasarkan perhitungannya dalam 10 tahun ke depan, pendapatan per kapita dapat mencapai Rp153 juta (US$10.900), dalam 15 tahun mencapai Rp217 juta (US$15.800), dan dalam 22 tahun mencapai Rp331 juta (US$25 ribu).

Angka itu melonjak dari pendapatan per kapita pada 2022 sebesar Rp71 juta.

Ke depan hilirisasi, tidak hanya pada komoditas mineral, tetapi non mineral seperti sawit, rumput laut, dan kelapa. Jokowi mengakui hilirisasi memang terasa pahit bagi eksportir bahan mentah, tetapi ia yakin kebijakan itu nantinya akan berbuah manis.

Ia memberi contoh dengan penyetopan ekspor nikel ore di 2020, investasi hilirisasi nikel perlahan tumbuh pesat. Menurutnya, saat ini telah ada 43 pabrik pengolahan nikel yang akan membuka peluang kerja yang sangat besar.

Ke depan, Jokowi yakin hilirisasi bisa memberikan banyak manfaat apalagi jika dilakukan pada komoditas lainnya.

“Saya pastikan Ini akan berbuah manis pada akhirnya. Terutama bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Dalam pidatonya, Jokowi juga menyinggung soal pemerataan ekonomi yang dilakukan dengan pembangunan dari desa pinggiran dan daerah terluar. Pembangunan dilakukan dengan dana desa yang mencapai Rp539 triliun dari 2015 hingga 2023.

Selan itu, ia juga memaparkan anggaran perlindungan sosial sebesar Rp3.212 triliun dari 2015 hingga 2023. Anggaran itu termasuk untuk Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Program Keluarga Harapan (PKH).

Anggaran itu juga untuk perlindungan kepada lansia, penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya, serta re-skilling dan up-skilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja dan Program Kartu Pra-Kerja. Anggaran diberikan untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

Namun, Jokowi menjelaskan SDM yang telah dipersiapkan harus mendapat lapangan kerja untuk bisa menghasilkan produktivitas nasional. Maka dari itu dibutuhkan sektor ekonomi baru yang membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya.

“Di sinilah peran sektor ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity kita untuk meraih kemajuan karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan,” kata Jokowi.