Guru Besar Unair Mendorong Program Pemberdayaan Bagi Perempuan HIV/AIDS

Pendidikan657 views

Inionline.id – Guru Besar Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (Unair), Tintin Sukartini, mengusulkan program pemberdayaan perempuan dengan HIV dalam menurunkan stigma serta meningkatkan kepatuhan konsumsi antiretroviral (ARV). Hal ini lantaran perempuan ODHIV (orang dengan HIV) kerap mendapatkan stigma buruk, diskriminasi, hingga mengalami kesulitan akses perawatan kesehatan.

Tintin menyampaikan pemberdayaan pada perempuan ODHIV merupakan sebuah upaya membantu mereka memenuhi kebutuhan hidup, baik dari segi kesehatan, psikologis, sosial, hingga spiritual. Dia mengatakan ekonomi menjadi faktor utama dalam mendorong pemberdayaan pada perempuan ODHIV.

Dia melihat perempuan ODHIV seringkali mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan sebab banyak stigma negatif yang melekat pada mereka. Tintin mengatan upaya pemberdayaan penting untuk mengembangkan potensi ekonomi pada perempuan ODHIV.

“Banyak perempuan ODHIV yang kesulitan mendapatkan pekerjaan karena stigma-stigma pada diri mereka. Sehingga, upaya pemberdayaan dilakukan untuk mengembangkan potensi ekonomi serta meningkatkan produktivitas perempuan ODHIV dalam mencukupi kebutuhan hidupnya,” ujar Tintin saat menyampaikan orasi ilmiah dalam pengukuhan guru besar Unair dikutip dari laman unair.ac.id, Kamis, 27 Juli 2023.

Tintin mengatakan sebenarnya pemerintah telah melakukan penanganan HIV/AIDS pada masyarakat. Penanganan dengan pemberian terapi Antiretroviral (ARV) gratis sejak 2004.

“Terapi Antiretroviral (ARV) ini merupakan pengobatan yang direkomendasikan untuk pasien dengan HIV. Tujuannya mengurangi viral load, mempertahankan dan memulihkan fungsi kekebalan tubuh, serta mencegah morbiditas,” tutur dia.

Namun, terapi ARV tidak serta merta dapat menyembuhkan infeksi HIV. Tintin mengatakan ARV hanya dapat menekan replikasi virus dalam tubuh dan memungkinkan sistem kekebalan lebih menguat sehingga dapat mengembalikan kapasitas dalam melawan infeksi.

Dosen Fakultas Keperawatan Unair itu mengungkapkan program pemberdayaan perempuan ODHIV terbukti dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan pada perempuan ODHIV. Upaya pemberdayaan tersebut meliputi peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan peran, baik individu maupun komunitas.

Adapun kegiatan dalam program pemberdayaan bisa berupa kegiatan penyuluhan, pemberian motivasi, dan bimbingan serta penyebarluasan komunikasi, informasi dan edukasi. Keluarga dalam hal ini juga memegang peran penting dalam melancarkan program pemberdayaan pada perempuan ODHIV.

“Pemberdayaan perempuan melalui bimbingan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pengasuh dapat memberi keluarga keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam merawat anggota ODHIV dan menyelesaikan masalah pada diri mereka,” tutur dia.

Tintin berharap pendekatan pemberdayaan perempuan dapat menurunkan stigma negatif, meningkatkan kepatuhan pengobatan, serta mengubah status kesehatan dan ekonomi ODHIV perempuan.

“Melalui pendekatan pemberdayaan, semoga perempuan ODHIV dapat meningkatkan status kesehatan dan ekonomi mereka sehingga nantinya juga akan berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup mereka,” tegas Tintin.