Bali Ditarget Setop Impor Bawang 3 Tahun Lagi dengan menyiapkan Lahan 1.000 Ha

Antar Daerah157 views

Inionline.id – Gubernur Bali Wayan Koster berencana menghentikan masuknya bawang putih impor ke Pulau Dewata dengan menyiapkan 1.000 hektare lahan di Bangli dan Buleleng lahan buat penanaman komoditas tersebut.

Mulanya, ia menyampaikan sembilan komoditas strategis pangan di Pulau Bali, yaitu, padi, jagung, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, cabe besar, daging sapi, daging kerbau, daging ayam ras, telur ayam ras.

Dari sembilan komoditas itu, ia menyebut hanya bawang putih yang defisit.

“Dari sembilan [komoditas pangan] ini, kita hanya defisit bawang putih, yang lain kita surplus,” kata Koster, saat memberikan jawaban pandangan umum terhadap fraksi pada raperda tentang haluan pembangunan Bali masa depan, 100 tahun Bali Era Baru 2025-2125, di sidang Paripurna ke-23, di Kantor DPRD, Provinsi Bali, Rabu (28/6).

Kemudian, saat ditelusuri kenapa defisit bawang putih karena petani enggan menanam bawang putih karena masyarakat lebih memilih bawang putih impor yang jauh lebih murah.

“Usut punya usut, kenapa defisit? Saya memanggil Kepala Dinas Pertanian, apakah alat kita ini tidak cocok [untuk] bawang putih? Cocok.”

“Kenapa jadi defisit? Karena petani kita tidak mau nanam bawang putih. Karena harganya lebih tinggi dari bawang putih impor. Masyarakat lebih memilih beli bawang putih impor daripada bawang putih produk lokal petani Bali, gila enggak?” cetus dia.

Pihaknya pun meminta Kepala Dinas Pertanian Bali untuk menanam bawang putih lokal Bali agar tidak defisit dan menyiapkan 1.000 hektare lahan di Kabupaten Bangli dan Kabupaten Buleleng, Bali.

“Maka saya minta Kepala Dinas Pertanian tanam bawang putih. Berapa perlunya sampai kita tidak defisit, 1000 hektare,” ungkap Koster.

“Di mana tempatnya? Di Bangli, di Buleleng. Saya waktu kecil nanam bawang putih. Jadi saya tahu iklimnya cocok. Bangli apalagi itu, di Kintamani luar biasa, bawang putih bawang merah,” tutur dia.

“Jadi, kita akan menanam bawang putih dan panennya dalam waktu tiga bulan. Begitu ini bisa memenuhi syarat, jumlahnya memenuhi kebutuhan domestik, maka saya tidak akan lagi mengizinkan masuknya bawang putih ke Bali. Ngapain kita punya alat sendiri kok, kita beli bawang putih dari luar,” jelasnya.

Ia mengakui potensi harga bawang putih lokal lebih tinggi. Namun, Koster menilai petani Bali bisa sejahtera dan ekonomi bisa berputar dengan baik.

“Meskipun harganya lebih tinggi tapi yang sejahtera petani kita. Ekonominya mutar di Bali. Kalau kita beli bawang putih dari impor, siapa yang kita sejahterakan. Kalau petani kita sejahtera kan ekonomi mutar di sini, kalau impor kan yang sono yang sejahtera, ngapain,” katanya.

“Bahwa Provinsi Bali sangat siap untuk menjadi pulau yang berdaulat di bidang pangan. Produksi bawang putih akan kita tingkatkan terus ke depan supaya kita tidak lagi defisit bawang putih dan produk lainnya,” ujarnya.

Dengan program ini, kader PDIP yang pernah menolak kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20 tersebut menargatkan Bali menyetop impor bawang putih tiga tahun lagi.

“Sudah mulai di Karangasem. Sekarang sudah menanam kemarin 100 hektare (tanam bawang putih) sekarang 100 hektar lagi. Paling lama tiga tahun lagi bisa (bebas impor bawang putih),” tandas dia.