Inionline.id – Kementerian Keuangan menilai Indonesia seharusnya sudah masuk ke daftar negara menengah ke atas (upper middle income) dengan gross national income (GNI) per kapita di kisaran US$4.046 hingga US$12.535 tahun ini.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu mengatakan pemerintah perlu menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka pendek. Ia menekankan perlu menjaga inflasi hingga momentum pertumbuhan ekonomi.
Ia juga menekankan sisi konsumsi hingga ekspor yang tahun lalu sudah sangat kuat perlu dipertahankan. Menurutnya, Indonesia perlu menjaga capaian yang sudah diperoleh tahun lalu dengan segala tantangan yang dihadapi di 2023 ini.
“Kita ingin keluar dari middle income trap, sekarang gross domestic product (GDP) kita sudah sekitar US$4.700-US$4.800. Kalau nanti keluar dari Bank Dunia, mungkin dalam konteks GNI sudah sekitar US$4.300-an. Kita tahun ini harusnya sudah masuk kategori middle income upper,” jelasnya dalam BNI Emerald Market Outlook yang disiarkan secara virtual, Kamis (9/3).
Febrio menegaskan Indonesia sejatinya sudah pernah masuk dalam daftar negara upper middle income versi Bank Dunia, tepatnya sebelum covid-19. Namun, selepas pandemi Indonesia terjun kembali ke lower middle income country.
Bank Dunia sendiri membuat klasifikasi negara berdasarkan GNI per kapita dalam 4 kategori, yaitu low income (US$ 1.035), lower middle income (US$1.036-US$4,045), upper middle income (US$4.046-US$12.535), dan high income (lebih dari US$12.535).
Di lain sisi, Febrio menegaskan target pemerintah dalam jangka pendek adalah menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Bahkan, ia mematok target tersebut harus rampung dalam setahun ke depan.
“Kita tahu ekonomi kita harus terus kita transform, kebijakan struktural harus kita dorong. Walaupun kita fokus dalam jangka pendek, yakni inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, bahkan kemiskinan ekstrem harus 0 persen next years,” tandas Febrio.
