Bappeda Menyebut Ditahun 2035 90 Persen Kota Pekalongan Akan Tenggelam

Antar Daerah157 views

Inionline.id – Perencana Ahli Madya Bappeda Kota Pekalongan Slamet Miftakhudin menyebut 90 persen dari kotanya diprediksi akan tenggelam pada 2035 mendatang.

Slamet mengatakan prediksi itu diketahui dari hasil analisis pemodelan genangan spasial di Kota Pekalongan.

“Berdasarkan pemodelan genangan spasial, pada tahun 2035, 90 persen kota Pekalongan akan berada di bawah air,” kata Slamet dalam presentasinya secara daring, Kamis (4/10).

Slamet menyampaikan persentase area perumahan terkena dampak banjir di Kota Pekalongan pun diperkirakan meningkat 100 kali lipat dari 0,5 persen pada 2020 menjadi 51 persen pada 2035.

Sementara itu, hasil analisis dampak pada 41 kelurahan di Pekalongan, kerugian per tahun mencapai Rp1,55 triliun pada 2020. Jumlah itu diprediksi meningkat tajam sebesar Rp31,28 triliun pada 2035.

Faktor penyebab di antaranya kenaikan muka air laut dan cuaca ekstrem yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Selain itu, penurunan muka tanah karena adanya konsolidasi alam, beban bangunan sipil dan ekstraksi ABT berlebihan.

“Lalu, aktivitas manusia seperti perubahan tata guna lahan, pengelolaan sampah dan pencemaran limbah,” kata dia.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Galdita mengatakan dalam hasil temuannya terlihat perubahan wilayah di Kota Pekalongan sejak 1998 sampai 2022. Temuan itu berdasarkan hasil analisis data landsat dengan memakai metode pengintaian dari jauh.

“Pada tahun 98, sudah mulai menjadi pembukaan di sebelah barat dan pemukiman nambah, tapi tidak terlalu banyak, seperti sekarang,” ucapnya.

Galdita menjelaskan data penginderaan jauh itu merekam penurunan permukaan tanah di Pekalongan berbeda-beda mulai dari 4-11 cm. Dalam rentang lima tahun, kata dia, dari 2008 sampai 2013 perubahan di Pekalongan mulai terasa. Dia menyebut pada periode itu sudah terlihat tanda-tanda banji rob.

Kemudian, pada 2018, mulai dibangun tanggul di sekitar utara Kota Pekalongan di perbatasan dengan bibir pantai. Namun, beriringan dengan itu data juga menunjukkan terjadinya perubahan tutupan tanah di wilayah Pekalongan.

Pembangunan, wilayah tambak, wilayah pertanian terutama di hulu, serta berkurangnya vegetasi atau hutan mulai masif di Pekalongan. Sementara itu, Direktur Eksekutif Satya Bumi Annisa Rahmawati menyorot adanya peran besar krisis iklim yang memicu Pekalongan terancam tenggelam.

Dia mengatakan untuk menyelesaikan persoalan krisis iklim yang berdampak luas tersebut, seluruh pemangku kepentingan saling terkait.

“Kondisi wilayah di Pekalongan bisa menjadi contoh pembelajaran bagi kota-kota lain agar bisa lebih mempersiapkan dan memprioritaskan langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang berdampak luas, termasuk mempengaruhi kelompok-kelompok masyarakat rentan,” ucapnya.