Mendag Minta untuk Tidak Diributkan Harga Telur yang Naik di Sejumlah Daerah

Ekonomi057 views

Inionline.id – Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan meminta masyarakat untuk tidak meributkan harga telur ayam yang sudah meroket di atas Rp30 ribu per kilogram (kg) di sejumlah daerah.

Ia malah membandingkan harga telur ayam yang disebut pedagang tertinggi dalam sejarah itu dengan misi dagang yang berhasil dicapai dari India.

“Oh itu enggak seberapa kok. Jangan diributkan ya. US$3,2 miliar (misi dagang dengan India) itulah yang ditulis,” ujarnya singkat saat ditemui di Gedung Kemendag, Selasa (23/8).

Mengutip PIHPS, rata-rata harga telur ayam nasional berkisar Rp30.850 per kg. Harga rata-rata itu naik Rp750 dibandingkan 16 Agustus lalu yang sebesar Rp30.100 per kg.

Namun, bila melihat sebaran wilayahnya, harga telur ayam di Tangerang mencapai Rp32 ribu per kg. Kemudian Rp36.650 di Lombok Timur, Rp39.600 di Maluku, dan Rp54 ribu di Merauke.

Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso menduga kenaikan harga telur salah satu faktornya disebabkan oleh program bantuan sosial (banso) berbentuk bagi-bagi telur dari Kementerian Sosial (Kemensos).

“Memang, peran bansos ada, tapi tolong dicatat, jangan sampai bansos jadi kambing hitam. Ini merupakan mitra,” ungkapnya.

Menurut dia, bansos telur justru ikut menyerap produksi peternak. Di sisi lain, bansos juga dapat menekan kasus stunting atau kekurangan gizi pada anak.

Faktor lainnya, ia menduga kenaikan harga telur ayam terjadi karena harga pakan yang naik imbas perang Rusia-Ukraina.

Menurutnya, sebelum perang Rusia-Ukraina, harga pakan hanya Rp6.250 per kg. Namun saat ini harga pakan melonjak Rp7.600 per kg.

Tak hanya karena lonjakan harga pakan, faktor cuaca juga turut mempengaruhi harga telur. Soalnya, selama musim pancaroba beberapa waktu lalu banyak ayam sakit dan produksi telur menurun.

“Pancaroba kemarin ini menyebabkan banyak ayam yang sakit,” terang dia.