Menkes Mengungkapkan Bahwa 6 Provinsi di RI Belum Punya Fasilitas Pemasangan Ring Jantung

Headline, Nasional157 views

Inionline.id – Budi Gunadi Sadikin Menteri Kesehatan RI mengungkap sejumlah daerah yang sarana dan fasilitas kesehatannya masih kurang memadai. Sebanyak enam provinsi disebut belum bisa melakukan tindakan pemasangan ring bagi penderita penyakit jantung.

“Sudah berapa [kabupaten/kota] yang bisa pasang ring? Angkanya cuma di bawah 200. Aku nanya provinsi deh, 34 provinsi berapa yang bisa pasang ring kalau orang kena heart attack sebagai penyakit dengan kematian paling tinggi, 28. Jadi catatan dari Harapan Kita itu ada Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku Selatan, Papua, Papua Barat belum bisa pasang ring,” ujar Budi dalam acara peluncuran aplikasi SatuSehat, Selasa (26/7).

Padahal, Budi menyebut penyakit jantung merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kehilangan nyawa dan paling banyak memicu tagihan di BPJS. Adapun intervensi atau penanganan pada penyakit jantung, kata dia, adalah pemasangan ring.

Karena sulitnya akses sarana dan fasilitas kesehatan tersebut, para pengidap penyakit jantung mesti dirujuk ke rumah sakit di provinsi lain. Padahal katanya, jarak yang jauh juga berisiko bagi pasien.

“Jadi saya tanya kan kalau ada orang sakit jantung di Ternate terus apa yang terjadi? Yang terjadi pak, ya kita mesti berdoa. Kalau yang bersangkutan dibawa ke Makassar Manado masih hidup,” kata dia.

Budi menyebut salah satu solusi untuk masalah ini adalah pembelian set alat seharga Rp15 miliar.

“Terus saya bilang kenapa gak bisa? Oh ternyata karena butuh alat [yang harganya] Rp15 miliar. Anggaran kita kan hampir Rp100 triliun, 6 provinsi dikali Rp15 miliar, Rp90 miliar kita beli deh. 6 bulan diberesin. Terus dokternya pucat mukanya,” cerita Budi.

Meski telah disanggupi Menkes, namun hal itu belum cukup untuk menyelesaikan permasalahan ini. Sebab, selain permasalahan sarana dan fasilitas kesehatan, terdapat masalah kekurangan dokter spesialis yang juga dihadapi enam provinsi tersebut.

Adapun waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis pada enam provinsi tersebut minimal empat tahun.

“Alatnya cuma Rp90 miliar, tapi masing-masing set alat butuh dokter spesialis 4 ada spesialis jantung, ada spesialis anestesi. Terus? Itunya [dokter spesialis] gak ada juga pak. Oh ya terus gimana bisa gak enam bulan jadi? Gak bisa, pak [minimal butuh waktu] 4 tahun,” imbuhnya.

Sebelum pensiun dari jabatan sebagai Menkes pada 2024 mendatang, Budi menargetkan dapat memenuhi 50 persen kebutuhan layanan utama. Rinciannya adalah tingkat provinsi dapat memberikan layanan utama dan tingkat kabupaten/kota dapat melakukan tindakan pemasangan ring.

“Provinsi harus layanan utama artinya bisa bedah jantung terbuka, semua kabupaten kota setengahnya harus bisa sampai pasang ring,” terang dia.