Gegara Pantai Disesaki Sampah, Nelayan di Cirebon Sulit Melaut

Antar Daerah157 views

Inionline.id – Pantai Kesenden dipenuhi tumpukan sampah. Kondisi demikian mengakibatkan pendangkalan di bibir pantai dan muara sungai. Imbasnya aktivitas nelayan setempat terganggu.

Tumpukan sampah di Pantai Kesenden itu berada persis di muara Sungai Kedungpane. Lurah Kesenden Ruliyanto menyebutkan ketinggian tumpukan sampah di pantai itu mencapai 1,5 meter. Ia mengatakan penumpukan sudah terjadi dalam kurun waktu tiga tahun.

“Sampah di pantai ini terjadi karena beberapa faktor, tapi yang utama adalah sampah yang terbawa aliran sungai, ya dari hulu ke sini,” kata Ruli saat berbincang dengan detikcom di Pantai Kesenden, Kota Cirebon, Jawa Barat, Jumat (24/9/2021).

Dia menjelaskan faktor masyarakat yang membuang sampah langsung ke pantai tak begitu dominan. Sebab, lokasi tumpukan sampah yang jauh dari pemukiman. Ruli mengungkapkan Pantai Kesenden kerap mendapatkan kiriman sampah saat banjir.

“Sampah ini terbawa hingga ke muara. Kemudian terkena ombak dan menumpuk di bibir pantai,” ucap Ruli.

Ia menambahkan imbas tumpukan sampah mengakibatkan pendangkalan di muara sungai dan bibir pantai. Kondisi tersebut membuat nelayan kesulitan melaut. Sebab, pendangkalan muara membuat perahu nelayan kesulitan untuk berlayar.

“Sekarang kita lakukan pengerukan di muara sungai. Kita koordinasi dengan Pemkot Cirebon dan BBWS untuk pengerukan. Sudah tiga hari berjalan,” tutur Ruli.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengambil langkah-langkah penanganan. Ia berharap Pantai Kesenden bisa bebas sampah. “Kelurahan memiliki kewenangan yang terbatas. Jadi perlu dilakukan koordinasi untuk mencari solusi,” ujar Ruli.

Sekretaris Rukun Nelayan Samadikun Kelurahan Kesenden Sopyan mengatakan tumpukan sampah di pantai berimbas pada pendapatan nelayan. Sopyan mengaku tak sedikit nelayan Samadikun yang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan perahu.
“Baling-baling perahu bisa rusak kalau terkena sampah. Apalagi kalau ada sampah kayu, itu bisa membuat perahu bocor,” kata Sopyan.

Selain merusak perahu, menurut Sopyan, pendangkalan akibat sampah itu membuat akses perahu terganggu. Perahu nelayan bisa rusak, bahkan tak bisa jalan akibat pendangkalan. Nelayan Samadikun pun hanya bisa melaut saat air laut dalam kondisi pasang.

“Ya kalau pasang saja melaut. Kadang nunggu berjam-jam di muara untuk bisa kembali ke darat, ya nunggu pasang,” ujarnya.

“Hasil tangkapan melaut yang harusnya segar saat dibawa pulang, akhirnya tak segar. Karena menunggu pasang. Itu bisa empat jam. Misal, harga udang yang sekilonya bisa dijual Rp 50 ribu, bisa jadi Rp 35 ribu karena sudah tidak segar,” ucap Sopyan menambahkan.