Kemendikbud Mengakui Masalah Nyata ‘Rapor Merah’ Pendidikan RI

Pendidikan157 views

Inionline.id – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) mengungkap sejumlah fakta terkait rendahnya kualitas pendidikan Indonesia dibanding sejumlah negara lain di Asia Tenggara, menurut laporan beberapa lembaga internasional.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nizam membeberkan rendahnya mutu pendidikan itu mulai dari daya saing, transformasi digital, sumber daya manusia, publikasi riset, hingga kepemilikan hak paten. Dia mengakui bahwa ‘rapor merah’ pendidikan tersebut menjadi masalah nyata dan konkret.

“Ini semua adalah masalah yang ada di hadapan kita, nyata, konkret yang harus kita atasi, kita hadapi bersama-sama,” ucap Nizam dalam webinar memperingati Hari Pendidikan Nasional, Senin (3/5).

Mengutip pelbagai laporan di antaranya World Development Indicator dan The Global Innovation Index, dalam hal daya saing atau Indeks Inovasi Global misalnya, Nizam mengungkapkan Indonesia bahkan tertinggal dari negara-negara lain di Asia Tenggara. Indonesia menempati peringkat 87 di bawah Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, terlebih Singapura.

Berangkat dari peringkat tersebut, Nizam mengakui kesiapan Indonesia dalam bertransformasi digital masih sangat rendah. Indonesia, kata dia, juga belum siap bekerja sama dengan masyarakat internasional.

“Kesiapan kita dalam bertransformasi digital juga masih sangat rendah. Jejaring kita, kesiapan kita, untuk bekerja sama dalam masyarakat internasional juga masih rendah,” imbuh dia lagi.

Data lain soal kepemilikan hak paten di antaranya mengutip laporan World Bank dan UNESCO, Nizam memaparkan, Indonesia pun masih tertinggal dari Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Laporan terakhir per 2017, jumlah publikasi Indonesia per sejuta penduduk hanya sebanyak 37. Angka itu ada di bawah Vietnam yang menghasilkan 55 kepemilikan hak paten dan Malaysia sebanyak 232.

Serupa ditunjukkan untuk bidang publikasi internasional. Laporan terakhir pada 2017, jumlah publikasi artikel di bidang sains dan teknologi Indonesia juga masih berada di bawah Vietnam, Thailand, Malaysia Singapura.

Dibandingkan Malaysia, jumlah publikasi internasional Indonesia tak ada separuhnya, dengan angka 30 berbanding 652 per sejuta populasi penduduk.

“Ini juga kita masih rendah dibanding negara-negara tersebut. Bahkan di bawah Vietnam per kapitanya,” ucap Nizam.

Nizam pun mengatakan, kondisi itu tak bisa dilepaskan dari rendahnya anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk bidang pendidikan. Ia, misalnya menyebut anggaran riset Indonesia bahkan masih di bawah Kamboja dan Filipina, dan seluruh negara Asia Tenggara lain.

“Peran dari swasta masih sangat kecil. Dan sebagian besar ini karena effort upaya keras dari perguruan tinggi, melalui tri dharmanya itu melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,” pungkas Nizam.Anggaran riset Indonesia, kata dia, bahkan kurang dari 0,1 persen per Produk Domestik Bruto (PDB). Nizam pun menyinggung ihwal masih rendahnya keterlibatan swasta dalam riset. Meski begitu, dia tak ingin menuding dan menjadikan kondisi itu sebagai ‘kambing hitam’.