Supono Ingatkan Resiko Dualisme Bonus Demografi Kabupaten Bogor

Antar Daerah157 views

Bogor, Inionline.Id – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) menyebutkan dari hasil dari kegiatan Sensus Penduduk 2020 (SP2020) diketahui penduduk Jabar pada bulan September 2020 sebanyak 48,27 juta jiwa. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya, jumlah penduduk Jawa Barat terus mengalami peningkatan.

Kepala BPS Jabar Dyah Anugrah mengatakan, terdapat pengurangan laju pertumbuhan penduduk atau perlambatan dibandingkan dengan periode 1971-1980.

“Terdapat pengurangan laju pertumbuhan penduduk atau perlambatan sekitar 1,5 persen poin jika dibandingkan dengan periode 1971-1980 yang sebesar 2,61 persen,” ujar Dyah, Kamis (21/1/2021).

Menelisik data yang ada, jumlah penduduk Jabar menurut kabupaten/kota yang paling besar ada di Kabupaten Bogor. Dengan luas geografis sebesar 7,66 persen wilayah Jabar, Kabupaten Bogor dihuni oleh 5,43 juta penduduk atau 11,24 persen penduduk Jabar. Jumlah penduduk terbesar kedua terdapat di Kabupaten Bandung dengan jumlah penduduk sebanyak 3,62 juta orang, yaitu sebesar 7,51 persen.

BPS Jabar juga menyebutkan mayoritas  penduduk Jabar didominasi oleh generasi Z dan milenial. Proporsi generasi Z sebanyak 27,88 persen (13,37 juta orang) dari total populasi dan generasi milenial sebanyak 26,07 persen (12,5 Juta orang) dari total populasi Jabar.

“Kedua generasi ini termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat percepatan pertumbuhan ekonomi,” ucap Dyah.

Menanggapi hal tersebut, Ketua fraksi PAN DPRD Jawa Barat, Supono mengatakan bahwa dengan banyaknya generasi Z dan milenial menjadikan kemungkinan Jawa Barat mengalami bonus demografi khususnya Kabupaten Bogor yang lebih cepat datang.

“Jadi bonus demografi itu bisa berdampak positif dan negatif, berdampak positifnya adalah sumber daya manusia yang ada itu yang produktif utamanya harus mendapatkan saluran yang memadai,” ucap Supono.

Terdapat beberapa faktor saluran yang dipaparkan oleh politisi asal Kabupaten Bogor tersebut, yang pertama adalah penyediaan lapangan kerja, kedua suasana Kabupaten Bogor yang wilayahnya sebagian besar adalah agraris yang berarti harus ada orientasi yang lebih serius kepada bidang pertanian, perikanan, perkebunan yang bisa disatukan dalam bidang agroindustri.

“Itukan sebetulnya peluang dan ternyata dalam suasana Covid, sektor ini yang termasuk bisa bertahan dan justru menunjukan peningkatan. Tentunya didukung oleh sumber daya manusia yang ada maka hal yang ketiga adalah modernisasi,” ujar Supono.

Menurutnya modernisasi tersebut cenderung kepada digitalisasi  atau online sistem yang justru bisa menjadi tantangan Indonesia memasuki pangsa pasar global.

Supono pun mengingatkan dampak negatif terkait bonus demografi tersebut dimana hal ini jika tidak dikelola secara baik maka sumber masalah-masalah yang cenderung kepada kerawanan sosial, sumber persoalan politik, demokrasi, harus bisa dikelola secara baik.

“Makanya tindak kriminalitas itu harus dicegah, bukan hanya tindakan penegakan hukum tapi yang penting akar permasalahan adalah tentang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Supono, Selasa (26/01/2021).