Jelang Tutup Tahun Harga Cabai, Telur, Minyak Goreng Naik

Ekonomi057 views

Inionline.id – Harga sejumlah bahan pangan terpantau naik secara eceran di pasar tradisional dan modern jelang tutup 2020. Mulai dari cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, hingga minyak goreng.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), rata-rata harga cabai merah besar di pasar tradisional di seluruh Indonesia naik 1,33 persen menjadi Rp53.150 per kilogram (kg). Begitu juga dengan cabai rawit hijau yang meningkat 1,79 persen menjadi Rp42.550 per kg.

Sementara rata-rata harga telur ayam ras di pasar tradisional menanjak 0,73 persen menjadi Rp27.500 per kg. Di pasar modern, kenaikan rata-rata harga cabai tertinggi ada di komoditas cabai rawit merah mencapai 3,62 persen hingga Rp60 ribu per kg.

Rata-rata kenaikan juga terjadi di cabai merah keriting 3,35 persen menjadi Rp58.600 per kg, cabai rawit hijau naik 1,53 persen menjadi Rp49.700 per kg, dan cabai merah besar 0,32 persen menjadi Rp62.950 per kg.

Tak hanya cabai-cabaian, peningkatan harga juga terjadi pada komoditas minyak goreng di pasar modern. Harga minyak curah naik 1,45 persen menjadi Rp17.450 per kg, sedangkan harga minyak goreng kemasan meningkat tipis 0,3 persen menjadi Rp16.600 per kg.

Sedangkan di tingkat grosir, harga cabai merah besar naik 7,75 persen menjadi Rp41.700 per kg, cabai merah keriting 9,97 persen menjadi Rp39.150 per kg, cabai rawit hijau 14,65 persen menjadi Rp34.050 per kg, dan cabai rawit merah 8,21 persen menjadi Rp44.800 per kg.

Rata-rata harga komoditas pangan lain terpantau stabil, seperti beras premium dan gula pasir di tingkat eceran maupun grosir.

Bahkan, rata-rata harga bawang merah turun 0,27 persen menjadi Rp37.250 per kg di pasar tradisional. Harga bawang putih juga turun 0,9 persen menjadi Rp21.900 per kg di tingkat grosir.

Kenaikan harga pangan jelang tutup tahun ini sejalan dengan kondisi indeks harga pangan global. Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) mencatat indeks harga pangan naik 3,9 persen mencapai 105 poin pada awal bulan ini.

“Kenaikan bulanan (indeks) merupakan yang tertajam sejak Juli 2012, dan membuat indeks berada di level tertinggi sejak Desember 2014,” jelas FAO, dikutip dari AFP, Minggu (13/12).

FAO melaporkan kenaikan harga pangan disebabkan keterbatasan stok di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Selain itu, juga dipengaruhi oleh konflik pertanian, hama, gangguan cuaca, dan lainnya.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengatakan pemerintah melakukan pemantauan perkembangan harga dan stok pangan di berbagai daerah jelang tutup tahun. Tujuannya, agar pasokan cukup di tengah libur akhir tahun nanti.

“Monitoring lapangan terkait harga dan pasokan pangan menjelang perayaan Nataru (Natal dan Tahun Baru) penting dan perlu dilakukan untuk memastikan kondisi riil ketersediaan dan stok pangan aman dan terkendali,” ucap Agung.